Senin, 14 Desember 2015
CBR; Computer Based Remidial
Senin, 05 Oktober 2015
AJI Yogyakarta Ajak Jurnalis Warga Menjadi Anggotanya
Sebanyak 12 editor Suara Komunitas dari berbagai wilayah di pulau Jawa mengikuti sosialisasi perlindungan hukum bagi jurnalis warga. Sosialisasi ini merupakan rangkaian acara Diskusi dan Konsolidasi Perkumpulan Suara Komunitas di kantor Combine Resource Institution, Jln. KH Ali Maksum 183, Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Sabtu, (03/10/2015).
Sosialisasi disampaikan oleh Bambang Mulyanto dari AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Yogyakarta. Bambang menyampaikan bahwa berdasarkan konggres AJI IX di Padang, Sumatera Utara pada 2014 lalu AJI menerima Jurnalis warga menjadi anggota. Jurnalis warga memiliki peran yang sangat besar dan sangat penting.
"Ketika kawan-kawan menjadi anggota AJI, maka ada kesempatan untuk membangun keterampilan, kapasitas intelektual dan kualitas bersama-sama dengan kami di Aliansi Jurnalis Independen, " ungkap Bambang.
Bambang melanjutkan, bahwa AJI selalu melakukan advokasi bagi anggotanya baik melalui cara-cara hukum maupun kekeluargaan.
Buono (38), Editor SK wilayah Pekalongan berpendapat bahwa dengan bergabung menjadi merupakan langkah preventif ketika pewarta warga menghadapi persoalan hukum. "Saya mendukung jika temen-temen pewarta warga bergabung menjadi anggota AJI," pungkasnya.
(Tulisan ini merupakan tugas menulis berita dalam kegiatan tersebut)
-- terkirim dari ponsel #linux
@samsulmaarif_
Senin, 24 Agustus 2015
Maafkan Saya Anakku
Maafkan Saya Anakku
Kehidupan di SMAku dulu dan kehidupan di SMA anak anak jaman sekarang tentu saja berbeda. Saat SMA saya bahkan tidak mengenal cewek. Saya sibuk mengikuti berbagai kegiatan sekolah. Di angkatanku saja bisa dibilang cuma saya yang mengikuti semua kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah.
Lain dulu lain sekarang, dulu saya masih menjadi siswa sekarang mau tidak mau saya berada di depan kelas. Saya sendiri masih belajar, belajar berbicara di depan orang banyak sekaligus belajar menjadi orang tua bagi mereka. Dan karena saya masih belajar, Adakalanya apa yang saya sampaikan itu salah.
Seperti pada beberapa waktu lalu. Ada seorang anak yang kupaksa untuk curhat, karena dia nampak tidak bersemangat. Dia pun akhirnya menceritakan bahwa dia sedang ada masalah dengan pacarnya. Seketika itu pula saya langsung menasehatinya. Pada akhirnya saya merasa menyesal dan merasa bersalah telah menasehatinya, berikut ini permintaan maaf saya yang saya sampaikan melalui pesan pendek :
"Hay AYL, bagaimana kabarmu? Semoga baik-baik saja yah. Dari yang kamu ceritakan, saya dapat memahami betul bagaimana perasaanmu. Rasa malu yang dibalut perasaan cinta itu adalah perasaan yang sedang menghinggapi hatimu saat ini. Bukan bermaksud sok tau, tapi saya kagum sama kamu.
Yang saya tau juga, pribadimu bukanlah tipe cewek yang suka "mewek". Dan saya yakin kamu akan melaluinya dengan sebaik-baiknya. Mungkin yang sebelumnya saya sampaikan ke kamu telah nenyakiti perasaanmu. Saya memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas hal itu. Mau kan Apri memaafkan saya? Sejujurnya, saya tak bermaksud " mengguruimu". Saya hanya mencoba merasakan bilamana saya berada di posisimu. Kemudian saya menyadari, bahwa saya salah. Dan saya sadar, saya bukan psikolog.
Saya tak hendak melarang kamu, dan teman-temanmu yang lain menjalin hubungan dan pacaran. Selama kalian bisa menjaga diri dari hal-hal negatif, apalagi sampai memalukan "sekolah", yaitu terutama guru-guru kalian. Mungkin, dengan kalimat yang cukup KASAR dapat kutuliskan di sini, "Awas! Ojo sampe meteng yo....!"
Saya Curcol sedikit ya.... Saat ini, saya juga sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita. Dia seorang sarjana Psikologi. Saat ini, dia sedang mengabdi di Jatim. Doakan kami supaya kami lekas menikah, dan saya dapat belajar untuk menjadi orang tua yang baik."
Sepertinya memang untuk tahun pertama saya di sekolah ini saya belum belajar untuk menjadi seorang tua. Saya masih belajar untuk menjadi seorang pembicara di depan orang banyak. Dan tahap selanjutnya adalah saya masih harus belajar untuk menjadi pembimbing, Guru dan Orang Tua bagi anak-anakku.
Sabtu, 22 Agustus 2015
Catatan khotbah kemarin, Islam Nusantara Sesat?
Catatan khotbah kemarin, Islam Nusantara Sesat?
Jumat kemarin 21 Agustus 2015, saya mengikuti sebuah khotbah seorang Imam di salah satu masjid di Sidareja. Ada yang menarik yang ingin saya catat di sini. Saya sendiri tidak mengikuti khotbah dari awal karena telat datang. Tapi kalau tidak salah hotib membacakan hutbah tentang beberapa hal yang dapat membuat orang tidak mau menerima kebenaran.
Diantaranya yaitu yang pertama "Bid'ah". Jika seseorang melakukan perbuatan bid'ah, dia tidak akan mau menerima kebenaran. Saya sendiri kurang memahami maksud dari penjelasan hotib tersebut. Namun saya sempat mendengar hotib menyebutkan tentang perkembangan teknologi. Lalu saya mencoba menghubungkan antara perkembangan teknologi tersebut dengan bid'ah yang disampaikan oleh hotib. Jadi apakah orang yang menggunakan teknologi berupa televisi, komputer, radio apakah itu termasuk bid'ah?
Yang kedua adalah terlalu banyak tertawa. Khotib kemudian membacakan sebuah hadist yang menyatakan bahwa orang Islam tidak boleh terlalu banyak tertawa. Karena akan ada dampak negatifnya berupa dia akan melupakan istri anak dan keluarganya bahkan ibadahnya. Disebutkan juga bahwa kita tidak boleh menjadi seorang pelawak. Pada saat itu saya menunggu Apakah khotib nantinya akan menyebutkan bahwa menjadi seorang pelawak adalah Haram atau tidak. Tapi sampai akhir hotbah ditutup ternyata pernyataan tersebut tidak ada.
Khotib juga sempat menyebutkan tentang "JIN" jaringan Islam nusantara. Menurutnya taubatnya seperti "JIL" jaringan Islam liberal, tapi JIN ini jauh lebih berbahaya. Namun hingga akhir khutbah motif tidak menyebutkan bahaya nya bagaimana dari sisi apa. Khotib hanya menyebutkan bahwa JIN ini menyesatkan dan memecah belah umat Islam.
Saya sendiri hanya seorang Awam yang bahkan tidak tahu apa itu bid'ah Apa itu Islam Nusantara. Tapi saya merasa tertarik untuk menuliskan ini. Yang mungkin suatu saat akan bermanfaat buat saya atau siapa pun yang membacanya. Catatan ini ditulis tanpa mengetik dengan memanfaatkan voice to text Google. Yang mungkin juga akan dianggap sebagai bid'ah.
-- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
Sabtu, 23 Mei 2015
Utak Utik Semalam Tak Boleh Begadang
Setelah otak-atik web untuk acara beberapa waktu yang akan datang, aku teringat kalau aku tak boleh lagi begadang. Padahal, biasanya aku cuek. Mau tidur jam berapa, jam berapa, aku gak peduli. Untuk kali ini, aku perlu memertimbangkan bahwa aku baru mulai sembuh dari sakit yang entah apa namanya beberapa hari sebelumnya. Penyebabnya salah satunya ya karena aku begadang, minum kopi, dan di depan komputer dengan suhu lingkungan yang dingin.
Aku memasukkan kopi sebagai penyebabnya, karena aku memang minum kopi malam itu. Kopinya cukup pahit. Memang aku tak terlalu suka kopi, apalagi kalau itu pahit. Bikin perut mules dan akhirnya sakit kepala.
Bisa dibilang, begadang adalah hobiku. Meskipun itu hobi yang "mau tidak mau". Aku terkena (entah ini penyakit atau bukan) "//insomnia//", yaitu perilaku susah tidur. Aku sering memaksakan diri untuk tidur lebih awal, tapi tetap saja, tidur tak semudah membalikkan telapak tangam buatku.
Salah satu caraku memaksa diri untuk tidur adalah dengan memasng headset di telinga dan memutar musik kesukaanku. Ini hampir tiap malam kulakukan. Akibatnya, terkadang telingaku kumat-kumatan, kadang bisa dengar suara orang, kadang hanya samar-samar. Cukup tersiksa dengan perbuatanku sendiri. Meski terkadang aku merasa ada manfaatnya. Aku jadi bisa tak mendengarkan apa yang menurutku tak perlu didengarkan. Misalnya suara televisi yang acaranya sangat membosankan, atau ocehan yang mengganggu telinga.
Apapun itu, lagi-lagi malam ini aku akan mendengarkan lantunan lagu dari sherina, vierra, atau musik instrumen dari game jadul favoritku "//Tantra Online//". Selamat bermimpi wahai diriku. Selamat menanti esok hari.
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id |http://muktisarigdm.desa.id
Jumat, 22 Mei 2015
Menerima yang Baru
//Aku termasuk orang yang percaya bahwa setiap orang adalah istimewa. Setiap anak adalah unik dan setiap individu punya karakteristik masing masing. Karakteristik yang seringkali tidak dapat dibandingkan satu sama lain.//
Katakanlah aku memiliki trauma berhubungan dengan seorang wanita. Saat ini aku terlalu asik dengan semua kegiatanku. Aku bahkan tidak peduli dengan orang lain. Selama buatku itu menyenangkan. Tentu bukan hal hal yang merugikan orang lain.
Membaca tulisan orang lain, membuatku juga ingin menuliskan versiku sendiri. Di facebook ada yang menuliskan tentang masa lalunya. Jika aku juga menuliskan tentang masa laluku, aku sendiri sudah cukup bosan. Meskipun sebenarnya tidak terlalu banyak yang sudah kutuliskan. Beberapa diantaranya merupakan ceritaku semasa sekolah. Sisanya berupa cerita cerita konyol yang kubuat.
Ngomong ngomong soal facebook sebenarnya aku sudah cukup bosan dengan media sosial itu. Aku sendiri sudah pernah ku tutup selama setahun lalu, tidak lain tidak bukan ya karena rasa bosan itu. Namun beberapa waktu lalu akun tersebut aktif lagi karna sedikit tidak sengaja. Memang saat menutup akun tersebut saya mengatakan ke facebook kalau mungkin saya akan kembali lagi. Untuk saat ini rasa bosan mungkin masih ada tapi saya melihat emang ada manfaatnya. Jadi saya putuskan untuk tidak ditutup lagi.
Di tulisan ini aku berharap dapat menceritakan masa lalu, dan menuliakan harapan masa depan. Tapi entahlah, mood untuk menuliskan ke arah sana seolah kabur.
Ya, namanya Rifngatul Mahmudah. Dia temanku di masa kecilku, dan pernah menjadi impianku. Yang kumaksud impianku adalah, akh, ternyata cuma impian. Aku bermimpi kita akan menjadi sebuah keluarga, yang bahagia. Aku tahu, responku terlalu lambat padanya hingga ada orang lain yang mendahuluiku. Akh, bodohnya aku.
Aku menantinya selama bertahun-tahun, namun saat dia kembali, aku merasa begitu lemah. Dan saat dia memilih orang lain, aku bahkan tak tahu apa yang harus kulakukan. Yah, aku tahu, kini semuanya telah berlalu. Walau bagaimanapun, dia telah bersama orang lain yang bahkan aku sendiri belum pernah mengenalnya. Aku tak tahu, tapi aku berpikir aku tak perlu mengenalnya.
Saat ini, meskipun aku sempat berharap suatu saat dia akan kembali padaku suatu saat nanti (mungkin) dengan label //bekas//, aku tak cukup yakin itu akan terjadi. Akh, setiap orang yang tahu akan hal ini akan menyalahkanku. Tidak baik berharap begitu, tidak boleh, itu sama saja mendoakan orang lain untuk cerai, itu dilarang.... Dan sebagainya, termasuk "wanita di dunia ini bukan cuma satu", " mungkin dia memang bukan jodohmu", "kamu pasti akan dapat yang lebih baik."
Aku tak peduli, aku akan dapat yang lebih baik atau tidak. Tapi aku bisa bilang, masa lalu tidak akan berubah. Yah, cukup membosankan membaca soal ini. Tapi aku tak akan bosan menuliskannya. Ada cerita masa lalu antara kami yang tak mungkin untuk diubah, yang tak akan pernah kulupakan. Itu saja sih.
Mungkin juga, ini adalah penyebabnya aku tak mudah menerima sesuatu yang baru. Mungkin kau akan menyebutnya dengan "move on". Ah, itu istilah yang terlalu mainstream.
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id |http://muktisarigdm.desa.id
Senin, 20 April 2015
apa ini cuma mimpi?
mimpi mungkin cuma kembang tidur. aku sendiri tidak tahu apa arti mimpi ku kali ini. yah aku bermimpi sedang jualan, jualan berbagai macam produk. termasuk sebuah sepeda wangkring yang cukup tua tapi usable. mimpiku tersebut aku berniat membelinya yang seharga 30 ribu rupiah tertera di labelnya.
aku membutuhkan sepeda itu untuk pulang pergi ke sekolah. aku berniat mengutarakan hal tersebut kepada pemilik tokonya ketika dia datang. namun anehnya saat pemiliknya datang harga di labelnya berubah menjadi tujuh puluh sembilan ribu rupiah.
alih alih ingin membeli sepeda tersebut ketika pemiliknya datang saya justru terdiam. entah karena sebelumnya saya salah lihat atau itu memang terjadi. yah tapi itu cuma mimpi.
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Rabu, 18 Maret 2015
Tulisan Tulisan Lama
Aku punya hobi membaca dan menulis. Membaca apapun bisa jadi bahan bacaan. Koran majalah buku buku pelajaran atau buku buku yang lain. Baik itu berupa cetak, elektronik, maupun tulisan teman teman blogger.
Menulis, sekarang aku punya banyak medianya. Yang paling utama tentunya adalah blog. Aku punya berbagai macam blog, ada wiki, ada blogspot atau wordpress, dan lain-lain.
Namun ada kalanya aku mencatat atau menulisnya didalam sebuah kertas. Kalau dulu sebelum aku mengenal blog aku menulisnya dalam sebuah buku harian. Terkadang yang namanya buku harian itu ya hanya buku tulis biasa. Atau bahkan hanya sehelai atau 2 helai kertas. Nah aku akan mencoba mengumpulkan catatan catatan tadi disini.
----------------------------------------
Sabtu, 6 Desember 2014 pukul 09:45
Ya, ini aku. Hari ini aku sedang mencoba menulis dengan pulpen dan kertas lagi. Rasa kangen yang tiba tiba muncul ini terjadi di dalam sebuah ruang di smea 18 sidareja. Tatkala aku sedang mengawasi siswa yang sedang ujian di ruang 10.
Suasana cukup tenang dan memungkinkan untuk menulis ini. Meskipun memang sekali sekali terjadi kegaduhan di sana sini. Kurasa ini cukup wajar dan biasa.
Hari ini sebenarnya ada beberapa kegiatan yang bisa kuikuti, namun sayang sekali waktunya berbarengan. Diantaranya yaitu yang sama dengan di smea ini, di smk tempatku mengajar juga sedang dilaksanakan ujian (UUS).
Hari ini aku berada di smea ini sebenarnya adalah dalam rangka PKL/PPL, merupakan tugas kampus. Seharusnya aku masuk kesini hampir tiap hari selama jadwal pkl/ppl. Namun aku harus membuat sebuah keputusan dan mengambil pilihan. Minimal seminggu ini aku masuk sekali di smea ini.
Kegiatan lain yang bisa aku ikuti ialah kegiatan kesukarelawanan. Bersama teman teman @rdescilacap telah di agendakan lokalatih di desa layansari, gandrungmangu. Akan hadir juga disana @yossysuparyo yang merupakan penggerak GDM (Gerakan Desa Membangun). Sedianya acara tersebut dimulai pukul 09.00. Aku sendiri kemungkinan nanti baru dapat mengikuti seusai mapel kedua yang diujikan hari ini. Aku izin ke ketua kelompok pun demikian.
That's all i can tell for today.
(catatan ini kutulis di balik sebuah lembar jawab kosong yang tak terpakai.)
------------------------------------------
Sunday february 29, 2004
Pada hari itu aku pulang sekolah seperti biasa dan melakukan aktivitas seperti seperti biasa pula waktu sudah sore sudah waktunya mandi. Aku adalah orang yang lamban melakukan sesuatu hal, pekerjaan atau pemikiran. Mandi, kalau belum disuruh oleh parents aku belum ada kemauan untuk mandi. Shalat pun demikian, kalau belum disuruh untuk sholat aku belum ada kemauan untuk sholat. Lain dengan mengaji atau sekolah.
Waktu berangsur-angsur gelap aku berangkat ke mushola untuk mengaji yang sebelumnya didahului dengan sholat maghrib berjamaah serta wirid. Suasananya ramai karena banyak yang mengaji di mushola adalah anak anak kecil sedangkan ustadz nya adalah orang orang tua atau anak yang lebih tua yang mumpuni.
Anak yang sudah lulus dalam kurung hatam alquran yang sudah mengaji kitab mereka berada di rumah pak kyai yang berada di sebelah utara musholla dan ada pula anak yang mengaji di rumahnya lik Lihun yang berada di sebelah selatan musholla. Namun kali ini tidak seperti biasanya entah karena halangan apa apa pak kyai tidak mengajar sehingga anak anak yang mengaji kitab paling rendah dalam tingkatan usia yang suka sering berada di mushola pergi ke mushola. Keadaan semakin bertambah ramai saja.
Waktu itu kelasku belum dibagi masih dalam satu kelas yang jumlah siswanya hampir sampai 20 anak. Pada waktu yang sedang ramai ramai nya, tiba-tiba tanpa diduga lampunya mati (mati lampu) sehingga berteriaklah anak-anak yang sedang mengaji. Ada yang berteriak karena senang, ada yang berteriak karena ketakutan (karena gelap).
Kami bermaksud akan menunggu sampai lampunya menyala lagi tetapi sudah beberapa lama tidak menyala juga maka diputuskan untuk bubar. Tapi karena di sana sini gelap kami masih tetap ingin berada di dalam mushola walaupun di luar agak sedikit terang bulan.
Di dalam mushola ada banyak yang bermain-main berlari-lari kesana kemari (berjalan) atau bermain berkelahi (gelut-gelutan). Dalam pikiranku aku ingin merangkak seperti anak kecil yang sedang belajar berjalan, tujuannya adalah agar tidak menabrak seseorang. Entah karena apa tiba tiba aku ingin memajukan mulutku. Sehingga tanpa kuduga sebelumnya akan terjadi tanpa sengaja aku telah melakukan sesuatu yaitu mencium pipi seorang gadis RS yang sedang duduk duduk bersama temannya sedang bercakap-cakap. Tetapi pada waktu aku sedang melakukannya suasana sedang tenang mereka sedang tidak bercakap-cakap (kondisi diam -purple). Seketika dia berteriak "aww" dengan kerasnya karena dia telah merasa pipinya kecolongan. Aku dan dia sama sama tidak tahu.
Aku belum terlalu mengenalnya. Tapi aku tahu bahwa dia adalah kakak dari salah satu teman sekelasku semakin lama kami semakin dekat.
(catatan ini pada awalnya tertulis di buku harianku yang berukuran sangat kecil. Pada saat buku itu hendaknya dibuang [atau mungkin dibakar] aku memutuskan untuk menyalin catatan ini ke buku yang lainnya. Karena menurutku cerita yang satu ini cukup menarik dan sangat mengenang.)
------------------------------------------
Kalau aku membaca catatan catatan ku yang nama terkadang aku ingin tertawa-tertawa sendiri. Antara lucu gemas dan membosankan. Tapi aku melihat itu sebagai sebuah perjalanan literasiku. Aku memang suka membaca dan menulis dan aku membiasakannya, menulis setiap hari tentang apapun yang bisa aku tulis.
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Apa Kamu Tidak Pernah Menyontek?
Hari ini, Rabu 18 maret 2015, duduk di depan kelas sambil menyaksikan seribu kisah yang tersembunyi dibalik kesunyian ini. Mengingatkanku pada masa di mana aku berada di sana. Berpusing ria mengerjakan soal yang tak mesti dapat kupahami.
Berbagai kisah yang sebagian besar telah diketahui orang yang sedang duduk di depan kelas (pengawas). Seolah kisah seperti ini selalu terulang dari masa ke masa.
Aku teringat seorang guru kimia di sma ku dulu. Namanya bu Gati Pratiwi. Beliau pernah memaparkan bahwa pengawas sebenarnya memahami gerak gerik maupun ciri ciri anak yang sedang menyontek. Ada yang berbagi jawaban melalui kode ada yang saling melempar kertas ada pula yang bertukar alat tulis. Namun masing masing antara pengawas dan yang diawasi bertingkah seolah tak saling memahami.
Harus diakui bahwa jika setiap insiden dilaporkan, maka hampir tiap peserta akan kena kasus. Iya, memang tidak semua beberapa tentu ada yang punya niat tulus untuk mengerjakan sendiri.
Adakah orang yang sama sekolahnya sama sekali tak pernah menyontek? Tentu jawabannya pasti ada dan jumlahnya tidak diketahui mungkin banyak mungkin cukup banyak atau sangat banyak atau bahkan tak terhitung. Menyontek tak menyontek tak serta merta dapat dijadikan patokan apakah di masa depan seorang anak akan menjadi sukses atau tidak. Atau dia hanya menjadi orang pintar saja.
Tapi kejujuran lah nilai positif yang akan didapat serta berkah dari apa yang telah dilakukannya. Ah, aku tak dapat menyebutkan apa manfaatnya seorang anak jujur dalam mengerjakan soal. Bukan berarti aku menbolehkan mereka nyontek lho. Karena aku pikir mereka akan merasakan sendiri nantinya.
Bayangkan saja jika seorang anak yang selalu menyontek dalam ujian maupun ulangan kemudian dia menjadi orang yang berpengaruh di negeri ini. Atau menjadi pimpinan tertinggi di negeri ini atau minimal menjadi menteri, bahkan menjadi menteri yang berurusan dengan pendidikan. Bagaimana Anda membayangkannya?
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Selasa, 17 Maret 2015
Masalah dengan Telinga
Telinga merupakan salah satu dari kelima indra manusia yang fungsinya adalah untuk mendengarkan suara dari sekeliling. Jika indra pendengar ini tidak berfungsi maka manusia tidak akan dapat mendengarkan suara apapun di sekelilingnya. Namun yang terjadi padaku adalah tidak sepenuhnya dengar dan tidak sepenuhnya tidak dengar. Masih bisa dengar tapi sangat lirih.
Penyebabnya adalah ketika malam aku sering mendengarkan musik melalui headset. Headset terpasang di telinga, ketika ku mulai tidur sampai terbangun headset masih tertempel di telinga. Ini sangat sering kulakukan. Musik sebagai pengantar tidur buatku, dan terkadang sebagai pengusir kebosanan. Kadang berfungsi juga untuk mencegah suara suara yang mengganggu masuk ke telingaku, setidaknya itu menurutku.
Dan aku mungkin tidak akan berhenti melakukannya lagi. Aku sendiri tidak tahu sejak kapan persisnya telingaku seperti ini. Namun yang jelas aku seperti tidak bisa untuk menghentikannya. Aku punya alasan tersendiri untuk hal ini.
Televisi. Terkadang suara televisi sangat mengganggu telingaku. Apalagi acara televisi yang diputar tidak kusukai. Disitu terkadang saya ingin menjadi orang tuli.
Terasa aneh memang. Jika berbicara dengan orang lain terkadang aku seperti benar benar tuli. Apalagi jika orang yang sedang berbicara suaranya lirih. Aku sering memintanya mengulang perkataannya dengan lebih keras. Dan secara terus terang mengatakan kalau telingaku agak bermasalah.
Di kelas, yang terjadi adalah menurut mereka suaraku terlalu kecil. Aku harus teriak teriak ketika berbicara di depan kelas. Ini mungkin terjadi karena aku selalu menghindari berbicara dengan suara keras.
Coba perhatikan orang yang sedang menggunakan headset kemudian dia berbicara. Biasanya berbicaranya orang yang sedang menggunakan headset akan teriak teriak, atau setidaknya akan lebih keras dari biasanya. Aku sendiri dari hal hal semacam itu dengan membiasakan diri berbicara lebih pelan. Akibatnya ketika aku berada di depan kelas suaraku lebih kecil, karena kebiasaanku tadi itu. Sekali lagi, setidaknya itu menurutku.
Aku berharap telingaku ini bisa sembuh. SeOrang teman telah menyarankan untuk diobati secara tradisional. Itu dengan nasi yang masih hangat kemudian digulung dengan daun pisang, kemudian ditiupkan ke telinga. Cara itu memang belum kucoba, namun semoga saja berhasil.
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Senin, 16 Maret 2015
Alasan tidak masuk sekolah
Hari ini senin 16 maret 2015. Disekolahku sedang ada ujian sekolah. Anda mungkin pernah mengalaminya sewaktu sekolah dahulu. Adalah saat dimana semua pikiran tercurahkan, berfokus pada soal soal yang ada di depan mata. Matematika bahasa indonesia bahasa inggris fisika biologi dan semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Selama satu minggu penuh kita terfokus mengerjakan soal soal tersebut.
Hari ini sebenarnya aku ditugaskan untuk mengawasi ujian sekolah. Dari awal aku berharap bisa berangkat dan duduk di depan kelas membagikan soal soal dan melihat mereka sibuk mengerjakannya. Bisa jadi merupakan pengalamanku yang pertama kali mengawasi ujian sekolah, alias ujian akhir sekolah.
Tentu saja masih ada ujian lagi setelah ujian sekolah ini. Yaitu ujian nasional yang diselenggarakan secara nasional seluruh indonesia. Untungnya ujian nasional kali ini tidak sama dengan tahun tahun sebelumnya. Tidak lagi dijadikan patokan utama kelulusan sekolah. Namun tetap saja ujian tetaplah ujian akan tetap memusingkan bagi mereka.
Kalau aku teringat saat sekolah dulu. Ketika ujian sekolah maupun ujian nasional, Baik itu ketika smp atau sma. Pusing itu pasti, meski itu adalah saat saat dimana semua perasaan haru, pusing, bosan, dan semua menjadi satu. Ada juga perasaan senang karena pada saat saat seperti itulah kita fokus dalam belajar. Apa yang harus kita pelajari apa yang harus kita kerjakan apa yang harus kita pikirkan, semua seolah olah itu adalah hidup dan mati kita.
Yang paling berkesan pada saat saat seperti itu adalah ketika belajar bersama. Ya belajar tidak harus dengan guru. Saat itu aku belajar bersama teman teman untuk kelompok belajar dan belajar bersama. Berdiskusi bertukar pendapat, satu sama lain saling menjadi tutor.
Karena judul tulisan ini sudah terlanjur seperti itu. Maka aku perlu menjelaskan kenapa aku tidak masuk sekolah. Bukan karena malas atau tidak ingin melihat mereka. Aku justru ingin berangkat dan melihat bagaimana mereka mengerjakannya. Hal hal teknis tidak seharusnya tidak mencegahku untuk berangkat ke sekolah. Tapi hari ini posisiku sedang di sidareja dan tidak ada kendaraan untuk pulang.
Kalau anda melihat gambar anak sekolah dalam tulisan ini. Bukan berarti saat ini saya sedang disekolah, kan. Foto atau gambar itu diambil beberapa hari yang lalu saat aku di sekolah. Dan tersimpan di memori ponsel ku.
Seperti yang kutuliskan di twitter. Aku berharap besok dan hari hari berikutnya aku bisa berangkat. Meskipun terlambat. Meskipun aku akan kena marah karena hari ini aku tidak masuk.
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Minggu, 15 Maret 2015
Menulis dengan suara
Tulisan ini saya tulis dengan memanfaatkan fasilitas suara yang ada di ponsel. Saya mengucapkan beberapa kalimat kemudian ponsel akan menerjemahkan perintah suara tadi menjadi teks. Bisa dibilang ini pertama kalinya saya mencoba fitur ini. Khususnya untuk menulis sebuah postingan blog. Cukup mengasikan memang. Saya tidak perlu mengetikkan huruf demi huruf melalui kipet yang kecil. Saya cuma perlu menekan sebuah tombol kecil kemudian mengucapkan sebuah kalimat. Kemudian ponsel akan secara otomatis menerjemahkan suara menjadi teks. Ponsel yang saya gunakan adalah samsung galaxy y s5360, dengan os android gingerbread.
Sebuah pengalaman baru yang mungkin biasa tapi terasa menakjubkan. Bayangkan saja suatu saat kita mungkin tidak perlu mengucapkan kata seperti ini cukup dengan mengerjapkan mata maka kalimat akan tertulis di layar. Cukup mustahil bukan. Tapi coba bayangkan beberapa tahun silam. Bagaimana orang membayangkan apa yang saya lakukan saat ini. Mungkin hanya terbayangkan tapi saat ini benar benar bisa digunakan. Buktinya tulisan yang ada pada saat ini. Saya menuliskannya benar benar langsung dari suara.
Kalau ada pertanyaan bagaimana saya menuliskan postingan ini? Ponsel ini memiliki memori yang sangat minim. Saya tidak menggunakan aplikasi khusus untuk membuat postingan blog. Hanya sebuah mail client bawaan ponsel. Ya saya memang sudah mengaktifkan posting melalui email di blog saya ini. Jadi saya membuat postingan ya sama halnya saya membuat sebuah email dan dikirimkan ke alamat tertentu. Dan setelah saya menekan tombol kirim beberapa saat kemudian tulisan akan muncul di blog. Ya sesederhana itu.
Ada beberapa cerita yang hilang yang belum sempat saya tulisan di blog ini beberapa waktu belakangan ini. Misalnya tentang pohon harapan siswa kelas 12 yang sengaja saya buat kusus untuk mereka. Pohon itu saya berharap saya bisa melihat harapan mereka di masa yang akan datang melalui secarik kertas kecil yang mereka tuliskan kemudian mereka tempelkan secara bersama sama menjadi satu kesatuan, sebuah keluarga yang saling mendukung satu sama lain.
Atau tentang bagaimana kami melalui saat saat sebelum menjelang ujian. Saya melihat semangat mereka dalam belajar. Ada sedikit rasa bangga tentunya.
Atau cerita cerita lain yang belum sempat ku tuliskan. Mungkin juga nanti akan kutuliskan melalui suara seperti ini. Lebih mudah, lebih cepat dalam menulis, dan lebih mengasyikkan tentunya. Tunggu saja suara dalam bentuk tulisan ku yang lain.
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Jumat, 06 Maret 2015
Alasan Ngeblog
Written by : Samsul Ma'arif
Seorang kawan bertanya melalui pesan
singkat tentang motif/alasanku ngeblog.
Dia memintaku untuk menjawabnya
secara panjang dan mengirimkannya
melalui email. Namun aku sendiri tak
paham batasan panjang itu seberapa
karena tak dijelaskan dalam pesan
singkatnya. Tak dijelaskan pula untuk apa
beliau bertanya demikian dan akan
digunakan untuk apa. Well, aku akan
menjawab sekenanya sejauh apa yang
pernah kualami.
Berawal dari kesukaanku dengan mata
pelajaran Bahasa Indonesia semasa
sekolah dasar. Yang masih dapat kuingat
dalam sebuah buku mapel tersebut,
menyarankan atau mengajak para siswa
untuk menuliskan kegiatannya dalam
buku harian. Dan buku harian tersebut
pun bebas, dapat berupa apa saja. Dari
situ aku mulai membiasakan diri menulis
sepatah dua patah kata tentang apa yang
kulakukan sehari-hari. Memang tak setiap
hari aku menulis, namun hal tersebut
cukup membawaku lebih menyukai
menulis.
Sejak kecil aku memang tak memiliki
banyak teman. Jadi bisa dikatakan,
sahabatku adalah buku catatan. Aku
mencurahkan isi hatiku melalui catatan-
catatan kecil ke dalam buku yang juga
ukurannya kecil-kecil. Memang tak ada
karya yang dapat aku buat barang satu
pun masa itu (mungkin hingga sekarang).
Namun aku merasa senang, ya, hanya
perasaan senang yang kudapatkan ketika
menulis. Tulisan tak dapat memberiku
sebuah solusi, memang, tapi tulisan dapat
membuatku senang.
Cerita ini berlanjut ketika aku lulus SMA.
Tak ada bacaan di rumahku selain buku-
buku pelajaran yang membosankan. Di
perpustakaan sekolah aku mungkin
menemukan buku-buku bacaan yang
segar, yang bukan buku mata pelajaran,
berupa buku-buku sastra, kumpulan
cerpen, novel, kumpulan puisi, dan buku-
buku ensiklopedia. Entahlah, tapi itulah
bacaan yang kusukai. Setelah lulus, aku
mulai berlangganan membeli koran suara
merdeka khusus edisi Minggu. Nah, di situ
aku menemukan bacaan baru tiap
minggu. Satu edisi tiap Minggu nampaknya
cukup memuaskan buatku.
Dari awalnya aku hanya menyukai bacaan
sastra, pada akhirnya aku tertarik untuk
membaca semua tulisan dalam edisi yang
kubeli. Tak terkecuali artikel yang bertema
teknologi. Di situ aku membaca tentang
Linux, blog, cara membuat blog, apa itu
Linux, apa macam-macam ponsel yang
terbaru, dan lain-lain. Selama beberapa
bulan aku rutin membeli koran tersebut
dan membacanya hingga nyaris habis tiap
edisi. Hingga aku bekerja di sebuah
minimarket di purwokerto.
Sekitar bulan Mei tahun 2008 yaitu
semasa aku baru bekerja di sana, aku
mulai mengenal apa itu warnet. Di
komplek Unsoed memang terdapat banyak
sekali warnet. Warnet yang pertama kali
ku-kunjungi bernama Giganet (sekarang
suda tutup). Belakangan kuketahui warnet
tersebut menggunakan sistem operasi
Ubuntu Linux (entah versi berapa).
Ternyata mudah saja menggunakannya.
Nah, di situ aku mulai membuat blog
melalui situs www.blogger.com . Karena di
situs tersebut katanya kita dapat membuat
blog secara gratis. Dan benar, aku
membuat blog dengan alamat http://samaalbisatria.blogspot.com . Ah, aku tak
perlu menjelaskan apa itu maknanya
samaalbisatria . Karena kalau Anda
mengaksesnya saat ini pun akan diredirect
(diteruskan) ke alamat lain. Namun blog
tersebut masih tetap di situ.
Di blog tersebut, aku mulai menuliskan
keseharianku. Pada prinsipnya ini hanya
memindahkan, apa yang biasanya
kutuliskan dalam sebuah buku, kini
kutuliskan pada blog yang dapat dibaca
oleh banyak orang. Terkadang aku merasa
senang membaca tulisanku sendiri.
Seringkali aku menulis, lalu aku tak
pernah membacanya kembali. Dan itu
tergantung dari perasaanku saat
menuliskannya. Ketika aku merasa senang,
tulisan pun akan ikut senang, dan
sebaliknya, dan seterusnya.
Dan jika kini aku ditanya kembali tentang
mengapa aku ngeblog. Jawabannya adalah
karena aku senang ngeblog, dan karena
ngeblog dapat membuatku senang. Aku
senang menulis, dan menulis membuatku
senang. Sama halnya ketika aku ditanya
mengapa aku menggunakan Linux. Maka
aku juga akan menjawab karena aku
senang pake Linux, dan karena Linux
dapat membuatku senang. Segala aktifitas
komputasiku hampir sepenuhnya dapat
dipenuhi oleh si penguin ini. Inti dari
menulis adalah menumpahkan pikiran ke
dalam sebuah tulisan. Dan inti dari
menggunakan komputer/laptop adalah
memutar musik, mengetik, memutar
video/film, berinternet, dan lain-lain
(utamanya buatku sendiri) yang semua itu
dapat terpenuhi oleh Linux.
— Samsul Ma'arif 2014/03/13 14:30
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Kamis, 19 Februari 2015
Jangan Disentuh Nanti Jadi ada Virusnya
Mungkin apa yang kualami baru-baru ini cukup relevan dengan apa yang pernah kualami beberapa tahun silam.
Saat itu aku masih kerja di warnet. Sebut saja nama warnetnya Alfanet. Di warnet tersebut melayani berbagai hal yang berhubungan dengan komputer. Termasuk pengetikan laporan, scanning, service printer, service komputer/laptop, tak terkecuali jasa instalasi sistem operasi window.
Nah, yang terakhir itu yang akan kuceritakan kali ini. Suatu ketika seorang teknisi yang juga sahabat bosku, sebut saja Ahmad nama teknisinya, sedang menginstall window ekspi di sebuah komputer pelanggan. Instalasi sistem operasinya sendiri sebenarnya sudah selesai. Seharusnya tahap selanjutnya adalah menginstall aplikasi-aplikasinya. Saat itu, aku masih belum banyak tau apa itu sistem operasi, apa itu window, bagaimana cara menginstallnya. Namun setidaknya aku sudah memahami bagaimana cara melakukan instalasi beberapa aplikasinya.
Aku mencoba untuk menyentuhnya, menginstall beberapa aplikasi. Antivirus, salah satu aplikasi yang //penting// yang harus diinstall. Ketika aku melakukannya, komputer dalam kondisi tidak terpakai, fress install, dan menunggu untuk diinstali aplikasi pendukung. Namun ternyata, setelah sang teknisi memeriksa pekerjaanku komputer justru terjangkiti virus. Dan menuduhku sebagai penyebabnya, karena aku terlalu gegabah. Aku sendiri memakluminya, maklum dia marah, maklum. Karena memang aku yang //menyentuh//-nya, meski aku tak pernah yakin yang kuinstall adalah virus.
Hanya sekali itu aku menyentuh/ mengintervensi pekerjaannya. Benar-benar tidak mengasyikkan dianggap sebagai penyebab komputer terjangkiti virus pada saat itu. Selanjutnya aku lebih memilih belajar sendiri, menginstall komputer warnet sendiri. Istilahnya //otodidak//. Dengan bantuan mbah gugel aku belajar menginstall. Lalu dengan insting dan berbekal pengalaman di pekerjaan sebelumnya aku membersihkan komputer warnet sendiri.
Namun lucunya, tak lama berselang (sekitar beberapa minggu), ketika si Ahmad sedang mengerjakan pekerjaan yang sama dengan sebelumnya. Komputer pun terjangkit virus juga. Dia kembali menuduhku sebagai penyebabnya. Bahkan aku sendiri, menyentuh saja tidak. Hal ini berulang hingga 2 atau 3 kali sampai aku merasa geli sendiri. Ya, itu kejadian sekitar 3 atau 4 tahun lalu, eh, bahkan sudah hampir 5 tahun berlalu.
Lalu mengapa baru kuceritakan sekarang? Tidak ada alasan yang spesifik. Tidak benar juga kalo aku baru menceritakan sekarang. Aku sudah sering menceritakannya dalam kelas, meski untuk motif yang berbeda. Setidaknya itulah yang menciptakan mindsetku, bahwa kalau kamu pake window ya pasti akan berurusan dengan virus.
Lalu apa korelasinya dengan yang baru-baru ini terjadi? Sama sekali tidak ada. Hanya ada kemiripan. Bedanya, yang dipersalahkan padaku tidak kulakukan. Betul aku punya akses penuh ke peladen mereka. Betul saat itu terjadi mesinku sedang terhubung ke peladennya. Tapi apa yang kulakukan adalah untuk keperluan desa-desa di wilayahku. Aku tidak mengilangkan apa yang seharusnya ada di sana yang mengakibatkan sistem terhenti. Bukan aku bermaksud sok pintar, tapi karena aku diminta, dan kebetulan saja aku bisa membetulkannya. Kalau aku yang jadi penyebabnya, sama artinya aku sedang bunuh diri toh?
Lah, kalau pada akhirnya mereka berkesimpulan kalau aku penyebabnya? Kalau pada akhirnya aksesku dicabut? Itu terserah mereka dong. Itu rumah mereka. Itu kewenangan mereka. --There is nothing i can do about it.-- Toh, apa yang kulakukan sebenarnya adalah pekerjaan mereka. Di samping itu, aku sudah terbiasa jadi pihak yang dipersalahkan. Bahkan aku lahir ke dunia ini juga mungkin sebuah kesalahan?
Aku tau, tidak akan ada pengaruh apapun setelah aku menuliskan ini. Dan aku merasa senang karenanya......
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Rabu, 04 Februari 2015
Serial Ke-5 Kamen Rider yang Kutamatin
Gambar diambil dari facebook |
Tulisan ini pernah jadi setatus fesbukku
Selasa, 03 Februari 2015
Apakah ini Titik Jenuh
Mengerjakan sesuatu secara rutin dan selalu berulang. Itulah yang dinamakan pekerjaan manusia. Aku tau. Aku tak bermaksud menggeneralisir. Terkadang pekerjaan seseorang selalu berbeda tiap harinya.
Jangankan pekerjaan. Sebuah hobi pun kadang demikian. Lagi-lagi aku tak perlu menggeneralisir. Tapi bayangkan jika kita melakukan hal yang menyenangkan setiap hari. Apa hal tersebut dapat membuat kita bahagia? Atau setidaknya tidak galau.....
Ada saat di mana kita, setelah melakukan rutinitas yang sama tiap hari tersebut akan merasa bosan. Segala sesuatu terasa menjemukan. Bisa jadi itu adalah titik jenuh. Mungkin kita perlu piknik. :-)
Sudah dulu ah, tulisan yang menjemukan ini. Aku tak pernah berharap akan merasa bosan ngeblog.
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Selasa, 27 Januari 2015
Konggres #PenaDesa; Refleksi Setahun Komunitas
Sabtu-Minggu, 24-25 Januari 2015 lalu aku mengikuti sebuah acara yang kusebut sesuai judul tulisan ini. Undangan kuterima melalui surel (surat elektronik) beberapa minggu sebelumnya. Konggres tersebut dilaksanakan di sebuah rumah di Desa Susukan, Rt.04/Rw.06, Kecamatan Sumbang, Banyumas.
Tulisan ini tidak hendak melaporkan hasil dari kegiatan tersebut. Aku hanya merasa perlu menuliskan, tanpa tau bagaimana aku menuliskannya.
Dari Cilacap, ada aku, baha, dan mba Nanas yang ternyata telah lebih dulu sampai di Purwokerto. Beliau berangkat dari Kediri, naik bis dan sendirian. Oiya, saya kenal mba Nanas yang memiliki nama asli Rasinah Sari ini ketika di desaku ada pelatihan menulis tahun lalu.
Aku dan Baha berangkat dari rumah sekitar pukul 13:34 WIB, melalui jalur darat dengan kuda besi. Sampai di KedaiKoe (dulu namanya Kedai Telapak, dan dulunya lagi namanya Kedai188) sekitar pukul 15:25 waktu setempat. Memang sudah sejak sebelumnya disepakati kita akan berkumpul terlebih dahulu di kedai yang sudah seperti sekber (sekretariat bersama) tersebut.
Soal lokasi, ternyata banyak yang belum tahu tempatnya. Jadi kami saling tunggu, berharap semua telah berkumpul baru berangkat bareng-bareng ke lokasi. Saya sendiri tidak ada gambaran entah seperti apa tempatnya. Nah, ternyata eh ternyata lokasinya cukup mengasyikkan. Meskipun cukup membingungkan karena jalannya berkelok-kelok dan naik turun. Kami sampai di lokasi sekitar pukul 16:54 waktu setempat.
Sebuah rumah, dindingnya masih terbuat dari bilik bambu. Atapnya juga masih menggunakan seng (logam). Suara gemrisik cukup //ramai//ketika hujan turun. Di dalam rumah tersebut ada 2 ruangan, 1 ruang lagi ada di belakang yang sepertinya difungsikan sebagai gudang dan disebelahnya ada dapur. Lantai dilapisi karpet merah, baik di dalam maupun di luar (depan). Rumah tersebut menghadap ke selatan, sebelah utara merupakan pekarangan. Aku sendiri gak tau detilnya bagaimana pembagian blok/komplek/atau apapun itu tentang tanah dan komplek di sekitar situ. Namun yang jelas, rumah itu sepertinya merupakan laboratorium desa dan menjadi ruang belajar bagi siapa pun tentang pertanian organik dan pengolahan serta pemanfaatan biogas. Terbukti di dalam ruang utama terdapat sebuah papan tulis, beberapa poster tentang biogas, serta tersedia fasilitas proyektor.
Di luar ruangan, ada sebuah kebun yang ditanami berbagai tanaman palawija. Di antaranya, kacang panjang, cabai rawit, bahkan serai. Kebun tersebut merupakan kebun organik. Mulai dari pupuk, hingga pengusiran hamanya dilakukan secara alami. Tidak memanfaatkan pestisida sama sekali. Bahkan untuk urusan memasak sekalipun, mereka menggunakan biogas sebagai //bahan bakar//-nya.
Nah, soal acaranya. Di jadwal memang tertulis akan dimulai sekitar pukul 15:00-an, namun atas beberapa pertimbangan (yang mbuh apa saja) akhirnya diundur sampai ba'da maghrib.
Tepat pukul 18:35, konggres pun dibuka oleh Yudi Setiyadi, sang (oleh teman-teman disebut sebagai) #koordinatorbebas. Dalam pembukaan diwarnai dengan ulang tahun ke-2 AJI Kota Purwokerto yang belum lama ini disahkan di konggres AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Indonesia. Sangat seru acaranya. Kue dibuat secara khusus oleh mba Ina Farida dari Desa Sumampir sebagai kado dari PenaDesa. Sambil menyanyikan lagu ultah, lilin ditiup oleh Aris Andrianto selaku ketua AJI. Untungnya tak ada lempar-lemparan kue, seperti yang terjadi di sekolahku beberapa hari yang lalu.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi dengan tema "gerakan sosial untuk perubahan di lingkungan sekitar". Oiya, selain teman-teman AJI dan PenaDesa, hadir juga pegiat gerakan sosial #buruhmigran mas @wahyutenan, untung, dan dua orang lainnya yang tidak kuketahui namanya. :-) Diskusi berlangsung cukup //gayeng//, hingga berakhir pukul 21:00-an. Sesi ini diakhiri dengan makan malam bersama. ;-)
Wah, sepertinya tulisan ini akan terlalu panjang kalau diceritakan terlalu detil. Dan masalahnya, aku gak bisa mecah tulisan ini jadi beberapa tulisan. Okedeh, biar mengalir saja.
Kemudian, malam adalah saat di mana konggres membahas evaluasi selama tahun 2014 dan rencana untuk 2015 ke depannya. Diskusi pun berlangsung sampai larut malam, bahkan hingga dini hari. Beberapa poin yang dibahas antara lain adalah; bahwa PenaDesa adalah gerakan sosial yang tidak akan menerima donasi dari lembaga donor, kecuali dari pendonor yang tidak memiliki ikatan kepentingan. Pertemuan/kopdar offline akan digelar setiap catur wulan (4 bulan sekali). Dan masih banyak hal lain yang dibahas waktu itu. Termasuk tentang jurnalis warga yang diperbolehkan menjadi anggota AJI dengan syarat telah memiliki 12 karya jurnalistik selama setahun, mematuhi kode etik jurnalistik, dan mengisi formulir pendaftaran sebagai anggota.
Sesi selanjutnya adalah sesi kilat yang berlangsung hanya sekitar setengah jam. Gregorius Magnus Finesso (Alfin), jurnalis Kompas yang memandu sesi tentang konsep newsroom (ruang berita) untuk diterapkan oleh jurnalis warga. Sesi pun berakhir sekitar pukul 02:30 Minggu, 25/01/2015 dini hari.
Para peserta kemudian beristirahat. Tiga orang peserta cewek menempati ruang kamar, selebihnya yang cowok menempati ruang utama. Memang sudah tersedia beberapa kasur lipat di rumah ini. Masing-masing peserta kebagian satu kasur, kecuali yang tidak kebagian. :-)
Pagi hari, pukul 08:25 sesi video jurnalistik dipandu oleh @Uwinchandra, Sekjen AJI Kota Purwokerto. Dalam sesi ini Uwin menyampaikan tentang dasar teknik-teknik pengambilan gambar video, serta menampilkan beberapa contoh karya video jurnalistiknya. Uwin juga menyontohkan cara pengeditan video dengan perangkat lunak adobe premier dan movie maker. Di akhir sesi, peserta dipersilahkan membuat sebuah video liputan secara berkelompok dengan tema bebas. Satu kelompok beranggotakan dua orang, satu sebagai dan satunya sebagai presenter.
Asyik juga, bahkan dengan gawai seadanya dan teknologi secukupnya dapat membuat sebuah liputan video. Setelah masing-masing peserta menyetorkan videonya, video tersebut kemudian diupload di youtube dan dievaluasi bersama-sama.
Tak terasa, waktu telah menunjukkan sore hari. Semua berkemas dan pulang ke rumah masing-masing. Setelah sebelumnya ada foto bersama.
Selesai juga tulisan ini. Meskipun butuh waktu selama 2 hari untuk menulisnya. Puas? Tentu. Karena aku menulisnya langsung dari ponselku. Sampe jumpa di tulisan selanjutnya.
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Jumat, 23 Januari 2015
Selfie Bareng Simbah Putri
Pagi ini, Jumat 23 Januari 2015 ada kunjungan dari Mbah Putri (begitu dari dulu aku memanggilnya) dan saudara-saudariku. Hasan, putra dari Lik Muhdi, serta Zaki dan Wari serta anak perempuannya yang baru berusia 15 bulan. Mbah Putri merupakan nenekku dari ayah. Namanya Sumini, usianya sekitar 70 tahun.
Di Sidareja, tepatnya di Dusun Purwosari, Desa Ciklapa mbah putri tinggal sendirian. Mbah kakung sudah meninggal sejak sekitar dua tahun yang lalu. Tepat ketika mba Wari sedang melangsungkan pernikahannya dengan seorang pemuda Gayemsari, Firman namanya. Saat itu, pernikahannya pun dilangsungkan dengan disaksikan oleh "mendiang" mbah Toyiban.
Ini bisa jadi foto selfie (swafoto) pertama kali sepanjang hidupku bersama mbah putri. Aku sendiri sebenarnya bukan orang yang suka swafoto. Tapi menurutku kali ini merupakan kesempatan yang tak boleh kulewatkan.
Sekian dulu ceritaku hari ini. Karena aku keburu pindah tempat dan kehilangan ide untuk menulis lagi. Bagaimana menurutmu ceritaku ini?
Kamis, 22 Januari 2015
Ngebloglah Setiap Hari
Ngebloglah setiap hari, maka bergembiralah. Sejak Mei 2008, blog ini telah menggantikan fungsi //buku diary//-ku. Memang tak setiap hari aku menulis, namun ketika ada yang hendak kutuliskan, maka inilah medianya (salah satunya).
Dengan menuliskan, aku seolah menemukan apa yang sedang kucari. Dengan menuliskan, permasalahan yang sedang kuhadapi seolah berkurang beberapa persen. Meskipun tak ada persoalanku yang benar-benar selesai dengan menuliskannya, namun setidaknya menulis adalah obat bagi jiwa yang gundah. Bisa dibilang, setiap persoalan adalah kompleks hingga persoalan itu terselesaikan.
Aku menulis karena aku merasa sedih. Aku menulis karena aku senang. Aku menulis karena aku kecewa. Aku menulis karena aku terhibur. Aku menulis karena aku merasa butuh. Aku menulis karena aku bingung. Aku juga menulis karena aku tak tau apa-apa. Terkadang merupakan gabungan dari beberapanya.
Hari ini, Kamis (22/01/2015), aku seperti masuk sekolah dengan setengah hati. Aku berangkat dengan sengaja terlambat, berharap tidak bertemu kelas sepuluh dan berusaha maksimal untuk kelas dua belas. Aku tau, mungkin aku tak pantas disebut guru. Atau mungkin tak seharusnya dipanggil demikian. Namun aku hanya merasa tak pintar, tak semua bisa kukuasai. Aku hanya ingin sesuatu yang kusukai. Aku tak bisa menjadi orang lain.
Ya, aku tak ingin menjadi orang lain. Kupersilahkan siapapun menjadi siapapun. Meski aku tak ingin menjadi siapapun.
Aku setuju dengan Ron Clark, sebuah kelas seharusnya menyenangkan. Namun aku bukanlah Ron Clark. Aku tak serta merta dapat menerapkan teorinya dalam kelasku. Katakanlah ini perbedaan budaya, perbedaan ilmu serta perbedaan lingkungan sosial. Aku tau seharusnya aku dapat menduplikasi metodenya dengan caraku sendiri, meski, entahlah, hingga saat ini aku masih belum mengerti bagaimana.
Katakanlah aku sering membaca kisah inspiratif, mendengarkan cerita yang menyentuh hati, atau menyaksikan tayangan yang inspiratif pula. Sejauh ini, hal-hal seperti itu masih merupakan sesuatu yang indah dan menskjubkan untuk disimak. Dan sejauh ini, aku baru bisa menyimak.
Selamat berpusing ria wahai pembaca. Aku cuma ngeblog. Tak ada yang memaksamu membaca blog ini toh?
Rabu, 21 Januari 2015
Kelas yang Mengasyikkan
Tak kukira, kelas hari ini begitu mengasyikkan. Ya, semua anak terasa begitu kuat atmosfirnya. Semangat belajar mereka terlihat betul. Tak terhitung entah berapa puluh pertanyaan yang mereka ajukan.
Entahlah, mungkin karena mapelku bersifat practical. Di samping itu, ini termasuk mapel yang diujikan.
Minggu, 11 Januari 2015
Daripada Update Status Galau
Belum lama ini akun fesbukku aktif kembali setelah sekitar setahun kunonaktifkan. Antara tak suka dan merasa sedikit perlu akhirnya kubiarkan saja akun itu aktif. Sebelumnya memang aku merasa jenuh dengan dunia fesbuk, hingga kuputuskan menonaktifkannya.
Jadi sebenarnya apa saja yang kulakukan di fesbuk? Sebenarnya tak jauh berbeda dengan kebanyakan orang lainnya. Update setatus, menulis komentar, berkomunitas, dan hal lainnya. Termasuk memblokir dan menolak permimtaan pertemanan dari orang yang tak kukenal. Atau orang yang kukenal tapi tak menggunakan nama aslinya untuk fesbuknya. Ya, setidaknya kulakulan apa yang membuatku merasa nyaman dan tentram //hidup// di dunia fana dan maya.
Orang-orang melakukan apa yang mereka sukai. Termasuk mengabaikan orang lain kalau menurutnya itu perlu. Meskipun ada fesbuk (begitu aku lebih suka menulisnya), sejujurnya aku lebih suka menulis sesuatu di blog. Ini adalah blog di mana aku menuliskan berbagai curahan hati. Tak terkecuali untuk menumpahkan berbagai amarah.