Selasa, 27 Mei 2014

Orang Galau Sulit Menulis

Berkumpul berbagi cerita dengan orang lain, seringkali tak dapat terjadi. Itu tergantung, dengan siapa kita berkumpul. Dengan orang yang kita kenal kah? Dengan siapa kah? Atau dengan "musuh" kita kah? Sesuatu yang membuat kita merasa terganggu akan membuat suasana terasa lebih kaku.

Hari-hari ini aku mungkin sudah mulai dekat dengan lingkungan, dengan teman-teman sedesa. Meskipun mungkin tak dapat sepenuhnya dibilang demikian. Tapi setidaknya aku sudah dapat atau mulai terlibat dengan beberapa kegiatan.

Seperti misalnya malam munggu kemarin, tepatnya saat ada pertandingan final liga champions yang disiarkan langsung di esceteve pada pukul 01:30 dini hari. Aku terlibat sebagai penyedia, atau setidaknya meminjamkan proyektor milik lembaga. Tak perlu kujelaskan di sini lembaga apa itu.

Nah, dalam kegiatan tersebut aku berkesempatan ngobrol dengan salah seorang perangkat desa. Aku ceritakan tentang kegiatan dan tentang website desa yang kukelola. Dan sepertinya beliau cukup antusias dalam menanggapi ceritaku. Sepertinya pula beliau juga mendukung apa yang kulakukan.

Namun satu hal yang benar-benar terlihat hasilnya adalah beliau akhirnya meminta diinstallkan linux di laptopnya. Sistem operasi yang sama persis dengan yang kugunakan : Ubuntu Studio 14.04 64 bit.

Sekian dulu cerita kali ini.

Senin, 19 Mei 2014

Menulis atau Tidak Menulis

Aku mengelola sebuah website desa, tepatnya desaku. Ya, Muktisari adalah nama desaku. Aku tak memiliki mimpi yang muluk-muluk. Aku hanya ingin website itu tetap hidup, dan aku selalu dapat memerbarui kontennya kapan saja. Itu saja.

Ada atau tidaknya manfaat dari apa yang sedang kulakukan, aku sendiri tak pernah tau jawabannya. Tapi orang-orang di sekelilingku, yang mendukungku seolah yakin dan mengerti akan faedahnya. Anggap saja aku sedang mencari jawabannya.

Ketika bertemu dengan para guru menulisku di @PenaDesa, mereka mengingatkanku untuk meng-email-kan dahulu sebelum kuposting di website. Hal tersebut agar kualitas tulisan yang dimuat lebih baik. Atau setidaknya akan sesuai dengan kaidah jurnalistik karena melalui tahap editing oleh editor, instruktur, dan para guru dari penadesa.

Aku sendiri hampir tak pernah melakukan itu. Biasanya aku menulis, langsung kuposting dan akan langsung nampak di website. Dengan segala hormat, dan tanpa mengurangi rasa hormat bukan aku merasa sudah pandai menulis atau apapun itu. Hanya saja menurutku prosesnya terlalu lama.

Pernah sekali aku mengirimkan dua tulisan yang berbeda ke 'editor' yang berbeda pula. Aku menunggu hasil jadinya terlalu lama menurutku. Sebenarnya bisa dipahami mengapa lama, lagipula bagi kebanyakan orang, email bukanlah hal yang eksklusif. Bahkan bagi pengguna smartphone sekalipun, tak semua mengaktifkan fasilitas emailnya.

Kalau saja prosesnya lebih mudah, misalnya saja. Penulis mengirimkan tulisan ke website, di situ kan ada fasilitas komentar. Tinggal dituliskan di kolom komentar masukkan dan sarannya. Atau melalui milis (lagi-lagi email), yang lain bisa membaca dan memberikan masukan secara langsung antaranggota.

Eh, itu menurutku loh ya..... Kalo gak setuju juga gak rugi kok.....

Minggu, 18 Mei 2014

Traumatik, atau Semacam Trauma

Peristiwa yang sudah pernah terjadi. Dapat menjadi hal yang tak terlupakan, bahkan sebaliknya tak akan pernah ingin mengingatnya. Tapi aku teringat kata-kata dalam film Tokusatsu, Kamen Rider Den-O "Ingatan orang-orang adalah waktu. Selama ada orang yang mengingatnya maka waktu tersebut akan eksis."

Banyak hal yang telah membuatku serasa memiliki rasa trauma.

Yah, segitu dulu ceritanya. Ngambang? Memang begitu seharusnya!

Kamis, 15 Mei 2014

Sibuk yang Tak Sibuk

Dua hari sebelum hari ini, aku tak terlalu sibuk meskipun aku mengira akan cukup sibuk. Hari ini sepertinya aku akan libur, tak tahu apakah akan sibuk atau tidak. Namun yang pasti aku kehilangan tulisanku yang sebelumnya karena aku menulis di tempat yang tak ada sinyal. Aku membiarkannya menyisakan judul belaka, karena aku tak ingat apa yang sudah kutuliskan.

Kali ini aku kembali teringat dengan Rifngatul Mahmudah, impian hatiku yang entah di mana kini. Aku masih dan akan tetap bermimpi akan kembali ke pelukanku. Akh, biarkan saja mimpi ini menjadi mimpi yang menjadi mimpi. Mimpi di atas mimpi. Dengan begitu aku tak akan pernah lupa namanya, kecupannya di bibirku, pelukan eratnya, serta kehangatan ketika tubuh kami bertemu. How nostalgic....!!!

Memang benar, ada nama-nama baru. Namun kesannya tak akan pernah sama dengan nama itu. Aneh tentu, namun aku masih terlalu sibuk mengingat nama itu.

Jumat, 02 Mei 2014

Berlalu dan Menghilang