Mungkin apa yang kualami baru-baru ini cukup relevan dengan apa yang pernah kualami beberapa tahun silam.
Saat itu aku masih kerja di warnet. Sebut saja nama warnetnya Alfanet. Di warnet tersebut melayani berbagai hal yang berhubungan dengan komputer. Termasuk pengetikan laporan, scanning, service printer, service komputer/laptop, tak terkecuali jasa instalasi sistem operasi window.
Nah, yang terakhir itu yang akan kuceritakan kali ini. Suatu ketika seorang teknisi yang juga sahabat bosku, sebut saja Ahmad nama teknisinya, sedang menginstall window ekspi di sebuah komputer pelanggan. Instalasi sistem operasinya sendiri sebenarnya sudah selesai. Seharusnya tahap selanjutnya adalah menginstall aplikasi-aplikasinya. Saat itu, aku masih belum banyak tau apa itu sistem operasi, apa itu window, bagaimana cara menginstallnya. Namun setidaknya aku sudah memahami bagaimana cara melakukan instalasi beberapa aplikasinya.
Aku mencoba untuk menyentuhnya, menginstall beberapa aplikasi. Antivirus, salah satu aplikasi yang //penting// yang harus diinstall. Ketika aku melakukannya, komputer dalam kondisi tidak terpakai, fress install, dan menunggu untuk diinstali aplikasi pendukung. Namun ternyata, setelah sang teknisi memeriksa pekerjaanku komputer justru terjangkiti virus. Dan menuduhku sebagai penyebabnya, karena aku terlalu gegabah. Aku sendiri memakluminya, maklum dia marah, maklum. Karena memang aku yang //menyentuh//-nya, meski aku tak pernah yakin yang kuinstall adalah virus.
Hanya sekali itu aku menyentuh/ mengintervensi pekerjaannya. Benar-benar tidak mengasyikkan dianggap sebagai penyebab komputer terjangkiti virus pada saat itu. Selanjutnya aku lebih memilih belajar sendiri, menginstall komputer warnet sendiri. Istilahnya //otodidak//. Dengan bantuan mbah gugel aku belajar menginstall. Lalu dengan insting dan berbekal pengalaman di pekerjaan sebelumnya aku membersihkan komputer warnet sendiri.
Namun lucunya, tak lama berselang (sekitar beberapa minggu), ketika si Ahmad sedang mengerjakan pekerjaan yang sama dengan sebelumnya. Komputer pun terjangkit virus juga. Dia kembali menuduhku sebagai penyebabnya. Bahkan aku sendiri, menyentuh saja tidak. Hal ini berulang hingga 2 atau 3 kali sampai aku merasa geli sendiri. Ya, itu kejadian sekitar 3 atau 4 tahun lalu, eh, bahkan sudah hampir 5 tahun berlalu.
Lalu mengapa baru kuceritakan sekarang? Tidak ada alasan yang spesifik. Tidak benar juga kalo aku baru menceritakan sekarang. Aku sudah sering menceritakannya dalam kelas, meski untuk motif yang berbeda. Setidaknya itulah yang menciptakan mindsetku, bahwa kalau kamu pake window ya pasti akan berurusan dengan virus.
Lalu apa korelasinya dengan yang baru-baru ini terjadi? Sama sekali tidak ada. Hanya ada kemiripan. Bedanya, yang dipersalahkan padaku tidak kulakukan. Betul aku punya akses penuh ke peladen mereka. Betul saat itu terjadi mesinku sedang terhubung ke peladennya. Tapi apa yang kulakukan adalah untuk keperluan desa-desa di wilayahku. Aku tidak mengilangkan apa yang seharusnya ada di sana yang mengakibatkan sistem terhenti. Bukan aku bermaksud sok pintar, tapi karena aku diminta, dan kebetulan saja aku bisa membetulkannya. Kalau aku yang jadi penyebabnya, sama artinya aku sedang bunuh diri toh?
Lah, kalau pada akhirnya mereka berkesimpulan kalau aku penyebabnya? Kalau pada akhirnya aksesku dicabut? Itu terserah mereka dong. Itu rumah mereka. Itu kewenangan mereka. --There is nothing i can do about it.-- Toh, apa yang kulakukan sebenarnya adalah pekerjaan mereka. Di samping itu, aku sudah terbiasa jadi pihak yang dipersalahkan. Bahkan aku lahir ke dunia ini juga mungkin sebuah kesalahan?
Aku tau, tidak akan ada pengaruh apapun setelah aku menuliskan ini. Dan aku merasa senang karenanya......
- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_
http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id
Assalamu'alaikum kunjungan pertama kang jarene sih blogwalking wah kretaif telaten yaa ... Happy Blogging
BalasHapus