Rabu, 10 Desember 2014

Orang adalah Unik

Aku bukanlah orang yang rajin atau tekun. Dan aku selalu menyadari akan hal itu. Setiap hari, setiap aku mengerjakan sesuatu seringkali aku merasa bingung.

Ya, mungkin di samping hal tersebut di atas. Kebingungan tersebut menunjukkan bahwa aku juga //bodoh//. Atau hal-hal lain yang kiranya tak pantas, negatif, dan kroni-kroninya. Tentunya sejauh masih dalam batas-batas kemanusiaan.

Meskipun demikian, satu hal yang membuatku optimis. Bahwa setiap orang adalah unik, saya juga orang, maka saya adalah unik.

- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_

http://www.samsul.web.id | http://penadesa.or.id | http://muktisarigdm.desa.id

Rabu, 24 September 2014

Halusinasi Kelas

Mungkin telah lebih dari satu semester (bahkan setahun) yang lalu, seorang kawan yang telah menjadi guru di suatu sekolah menawariku untuk bergabung ke institusinya. 

Ah lama benar tulisan ini mengendap di draft. Intinya adalah ketika aku ditawari untuk masuk ke sekolah, aku seolah telah berada di sana. Seolah aku sedang berada di dalam kelas. Dan seolah aku sedang berbicara di sana. Seolah pula aku sedang mengatakan sesuatu yang sedang kupikirkan.

Ini benar-benar menggangguku. Apalagi setelah menunggu sekian lama ternyata nasib lamaran yang kukirimkan sama sekali tidak ada kejelasan. Apakah diterima atau ditolak. Itulah mengapa aku justru merasa senang ketika mendapat kabar dari TU SMP N 3 bahwa aku tidak dapat diterima di sana karena sudah ada yang lebih dulu masuk dan lolos seleksi.

Memangnya kamu mau didiemin ketika kamu nembak cewek/cowok?

Kamis, 11 September 2014

Menjadi Pendidik

Guru, pengajar, pendidik. Apa yang membedakan ketiganya? Aku sendiri masih harus mempelajarinya. Aku mungkin bukanlah guru, pengajar, maupun pendidik. Karena sejauh ini aku hanya peduli pada diri sendiri. Apa yang kupunya, apa yang kuketahui adalah untuk memuaskan hasrat diri ini. Menjadi pandai maupun kaya, bukan sesuatu yang absolut buatku.

Selasa, 9/9/2014 kemarin aku memenuhi panggilan kepala sebuah SMK di Kawunganten. Well, sebenarnya aku datang juga atas permintaan seorang kawanku. Sebelumnya aku memang sudah menulis surat lamaran yang ditujukan ke sekolah tersebut.

Beberapa lamaran sudah kutulis dan kukirimkan ke beberapa SMK di Sidareja. Tapi hingga kini statusnya tidak jelas. Namun ada satu lamaran yang membuatku merasa senang yaitu ketika pihak sekolah yang kulamar menyatakan dengan jelas kalau lamaranku ditolak. Analoginya akan sama dengan ketika kamu nembak cewe, pilih mana? Ditolak, atau didiemin tapi tau-tau si cewe dapat pacar baru?

Nah, kembali ke guru, pengajar, dan pendidik tadi. Seperti yang kutuliskn tadi di awal, aku masih harus mempelajarinya karena aku nampaknya masih belum pantas menjadi ketiganya. Namun setidaknya aku punya sedikit gambaran.

Sejak sekolah dasar, bahkan hingga setelah lulus SMA yang kutahu seorang guru adalah orang yang berangkat ke sekolah berada di didepan kelas dan memberikan materi pelajaran. Rasanya bukan cuma aku yang punya pemahaman seperti itu, bukan pula sesuatu yang salah.

Kegemaranku membaca berbagai bacaan, milis, buku, koran, dan majalah memberiku beberapa pemahaman selain kata guru, ialah pengajar dan pendidik. Guru, dalam bahasa jawa digugu lan ditiru artinya dipatuhi dan ditiru. Atau glugu rubuh yang berarti pohon kelapa tumbang yang memiliki makna jembatan. Setiap orang memerlukan guru, untuk mencapai sukses seseorang perlu belajar dari guru. Setidaknya itu juga yang pernah disampaikan oleh guru MTsku dulu.

Kepala SMK tadi menyampaikan beberapa hal ketika menerimaku. Beliau berharap agar aku menjadi pendidik di lembaganya, bukan guru maupun pengajar. Menurut beliau guru hanyalah orang berseragam yang bergaya di depan kelas, pengajar hanyalah orang yang mengajarkan sesuatu, sedangkan pendidik dapat memberi teladan bagi peserta didiknya.

Pesan lain yang beliau sampaikan saat itu ialah agar saya tak terlalu berharap akan mendapat gaji yang besar untuk menjadi pendidik. Untuk hal ini, jauh sebelum bermimpi menjadi seorang pendidik aku telah memahami bahwa gaji guru/pendidik kecil. Dalam kesempatan yang sama kusampaikan, bahwa jika itu adalah motivasiku mungkin aku telah keluar dari LKP dari dulu. Beliau juga berpesan agar aku tak meninggalkan kelas atau tidak masuk tanpa izin, termasuk agar tak menjadikan lembaganya menjadi ajang uji coba.

Bismillah, semoga aku dapat menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya.

Senin, 08 September 2014

Obsesi Taman Baca

Sabtu, 6 September 2014 aku mengikuti ACFFest (Anti Corruption Film Festival) di Hotel Kencana Purbalingga. Dari Cilacap bagian Barat aku dan seorang temanku (Akbar Bahaulloh) yang hadir sebagai perwakilan Sanggar Pena Desa.

Acara tersebut diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerja sama dengan Managemen System International (MSI) didukung oleh USAID, serta CLC (Cinema Lovers Community) Purbalingga sebagai motor/panitia lokal. Dalam acara tersebut diputarkan beberapa film karya pelajar SMA Purbalingga berupa film pendek yang bertema anti korupsi dan nilai-nilai kejujuran. Di antaranya "Langka Receh", "Penghulu", "Boncengan", dan lain-lain (maaf, aku gak nyatet, jadi gak bisa nyebutin secara lengkap apalagi sama pembuatnya).

Nah, dalam acara tersebut juga ada sesi workshop Video Jurnalistik yang diisi oleh Dewi Laila Sari dari NETtv dan German G. Mintapraja, M.Sn satu-satunya kontributor untuk CNN dari Indonesia. Masing-masing pembicara menceritakan pengalamannya di dunia jurnalistik hingga memiliki prestasi yang luar biasa. Mereka juga memresentasikan tentang bagaimana menjadi seorang jurnalis warga baik dari segi teknis, etika dan norma yang harus dijaga. Salah satu kata kunci yang menarik buatku adalah "jujur". Ya, menjadi jurnalis haruslah jujur meskipun sekedar jurnalis warga.

Sepulang dari acara tersebut, aku jadi punya impian ingin membuat sebuah taman bacaan untuk anak-anak maupun warga desa. Tujuannya tentu saja untuk menumbuhkan minat baca warga sejak kecil. Impian ini tak lepas dari oleh-oleh yang diberikan ketua AJI Purwokerto, Aris Andrianto berupa setumpuk majalah TEMPO. Akh, semoga bermanfaat dan suatu ketika aku dapat mewujudkan impianku. Amiin...

Selasa, 05 Agustus 2014

Kapan Nikah?

Dua hari ini (1-2/8/2014) aku menghadiri pernikahan kakak (anak dari Wa Saodah). Kang Opan, demikian aku menyebutnya. Hari (malam tepatnya) pertama di rumahnya, kemudian hari kedua resepsi dilaksanakan di kediaman mempelai wanita di Dusun Dujuhtengah, Desa Jatisari, Kedungreja. Seperti yang sudah kuperkirakan sebelumnya, berkumpul dengan keluarga, apalagi di tengah acara pernikahan akan ada pertanyaan yang mengarah atau serupa dengan judul tulisan ini. Wis duwe pacar urung? Calone cah endi? Deneng pacare ra digawa? Dan lain sebagainya.

So, what do you think? Sesekali aku menjawab. Di kesempatan lain aku memilih untuk diam. Tidak bahkan menggunakan isyarat. Menurutku, tanpa kujawab pun ketika tiba masanya aku akan berkeluarga, mereka pasti akan kukabari. Tentu jika situasinya memungkinkan.

Aku mungkin salah. Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin hanya merupakan bumbu-bumbu percakapan agar menarik dan menyenangkan. Dan percakapan pun berlangsung, mengalir dengan sendirinya. Pun sebenarnya, tidak harus serius menanggapi berbagai pertanyaan itu.

Aku jadi teringat ada seorang teman yang mengirimkan gambar bungkus rokok yang ada foto pengantinnya. Pemerintah Indonesia baru-baru ini membuat peraturan agar bungkus rokok wajib dipasang gambar yang seram (menakutkan). Konteks menakutkan di sini tentu saja bagi perokok, yaitu gambar-gambar yang menampilkan efek buruk rokok. Baik berupa penyakit paru-paru, rongga dada/hidung, sesak nafas, dll. Lalu apakah gambar pengantin di bungkus rokok itu cukup menakutkan? Hahahaha..... itu mungkin bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan seperti judul tulisan ini. Sekian!

Minggu, 22 Juni 2014

Semangat dari Ujung Timur

Ini bukanlah features, hardnews, maupun jenis berita lainnya. Ini hanyalah caraku seperti biasanya menumpahkan rasa, menumpahkan segala apa yang terkintas dalam pikiranku ketika menulis. Dan beginilah caraku belajar. Ini merupakan tempatku mencurahkan segala amarahku, dan menjadikannya energi untuk terus menulis. Meskipun tak jarang aku kehilangan apa yang ingin kuungkapkan.

Ketika aku teringat dengan materi-materi pelatihan itu, aku memang hanya memikirkan diriku sendiri. Karena hanya itu yang kuingat, dan yang paling mengena buatku, maka itulah yang kutahu. Misalnya tips tentang fotografi itu, dari sepuluh yang disebutkan, hanya satu yang paling kuingat yaitu yang terakhir : "Abaikan tips tadi jepret saja."

Seperti halnya dengan menulis (utamanya di blog ini). Belasan tahun aku sekolah, dan menerima pelajaran bahasa Indonesia sejak sekolah dasar. Dari itu justru yang paling terkenang bahkan hanya bacaan ketika aku masih duduk di sekolah dasar tentang ajakan untuk menulis buku harian. Buku yang kutulis sendiri berupa catatan-catatan keseharianku. Bukunya pun bebas.

Tak jarang aku pun merasa kesulitan dan kebingungan tentang apa yang hendak kutulis, maupun bagaimana aku menulisnya. Ketika aku mengalami hal itu, aku berhenti menulis. Aku kembali menulis lagi ketika kemauan itu datang kembali. Mungkin saja hal ini karena aku tak memakai target apapun. Aku membiarkan semua proses ini mengalir begitu saja dalam diriku.

Aku suka pelajaran Bahasa Indonesia sejak dari sekolah dasar. Meski kalau dilihat nilai mapel tersebut aku tak pernah bagus. Sekedar suka tak harus punya nilai seratus toh. Sekedar suka tak harus jadi pacar toh. Aku suka kamu, iya kamu. Sayang sudah jadi istri orang, kapan mau menjanda? #eeeh

Terlepas dari hal itu, pokoknya manfaat yang kuambil dari kumpulan catatan amarahku di sini setidaknya bisa kurasakan. Entah dari masa lalu, entah sekarang, entah di masa depan.

Oiya, tak perlu bertanya mengapa dari awal hingga alinea/paragraf ini tak nyambung dengan judulnya. Kau akan menemukan banyak hal serupa di sini, di blog ini atau di catatan bebasku yang lain.

Secara khusus aku ingin mengapresiasi seorang sahabat baruku yang telah jauh-jauh datang dari ujung timur untuk menghadiri acaraku**. Aku sendiri sebenarnya hampir putus asa, apakah acara tersebut bisa berjalan atau tidak. Memang kusadari aku tak mengelola acara ini secara profesional.

Aku hampir kehilangan makna akan acara tersebut. Namun kehadiran seseorang yang benar-benar memiliki niat yang tulus untuk belajar bersama sekaligus silaturrahmi, ditambah lagi dia seorang wanita yang menempuh perjalanan begitu jauh seorang diri benar-benar dapat mengingatkanku akan arti penting acaraku itu. Sulit bagiku membayangkan.

Dia sendiri menggambarkan perjalanannya dengan satu kata : Amazing. Selanjutnya aku cuma bisa berterima kasih diiringi dengan harapan semoga memberikan dampak yang positif, bermanfaat, dan silaturahmi tetap dapat terjalin.

Tulisan ini (dan tulisan-tulisan lain di blog ini), sekali lagi, bukan tulisan jurnalistik. Informasi yang tertulis pun tak lengkap dan tidak akan pernah kulengkapi.

----
** Acara bersama teman-temanku lainnya. Penyebutan acaraku untuk alasan kepraktisan.

Sabtu, 14 Juni 2014

Reuni Daring

Malam ini aku dikejutkan dengan bunyi notifikasi aplikasi ponsel: WhatsApp. Terasa aneh saja, padahal aplikasi ini sudah berkali-kali mengeluarkan bunyi yang serupa. Tapi kali ini rasanya benar-benar membuatku penasaran. Ah, ternyata teman-teman sekelasku semasa SMA yang memicu notifikasi tadi.

Ya, teman-temanku membuat grup chat khusus melalui aplikasi tadi sebagai ajang silaturrahmi di antara kami. Aku sendiri sudah menggunakan aplikasi tersebut sejak beberapa bulan yang lalu, bahkan sebelum aku punya ponsel android (saat itu aku menggunakan virtualisasi melalui laptop). Kalau boleh kubilang, ini menjadi bukti kalau kami masih kompak.

Sebelumnya, sebelum aku kenal aplikasi semacam ini, ada fesbuk (baca saja demikian). Sesuai dengan slogannya fesbuk memang menyatukan kita dengan orang-orang di sekitar kita bahkan yang jauh terhubung secara virtual melalui dunia maya. Melalui fesbuk kita seolah dapat membaca pikiran orang lain, melihat aktifitas sehari-harinya, lama-lama mungkin kita dapat meramal nasib orang lain. Di fesbuk ada fasilitas yang namanya group. Di dalam group pun ada fasilitas tambahan berupa catatan, event, bahkan group chat (yang ini entah masih ada atau tidak). Oleh admin, group dapat diset terbuka, tertutup, maupun rahasia (tak perlu dijelaskan).

Ketika aku masih menggunakan itu fesbuk, aku juga sempat tergabung dalam berbagai grup (rasanya ini penulisan yang lebih benar). Termasuk salah satu di antaranya ialah grup alumni SMA N 1Sidareja, dan lebih spesifiknya kelas IA (Ilmu Alam) 3 yang oleh sang admin diberi nama LOVE IA3 '04 (kalo gak salah). Padahal kalau aku boleh protes, kita tergabung sebagai IA 3 bukan pada tahun 2004 melainkan tahun 2005 saat kenaikan kelas ke kelas XI dan kita lulus pada tahun 2007. Hehehehehe.....

Terlepas dari hal itu, adanya grup tersebut dirasakan oleh setiap anggota sangat membawa manfaat. Masing-masing dapat sekedar saling bertanya kabar maupun bertukar/berbagi cerita satu sama lain. Manfaat tersebut merepresentasikan seolah kita dapat melakukan reuni setiap hari bahkan setiap saat melalui media online (daring; dalam jaringan).

Kalau dilihat grup watsap (lebih asyik ditulis demikian) tadi, sepertinya baru dibuat beberapa menit sebelum notifikasi pertama tadi berbunyi. Ah ya, biasanya apa-apa yang baru memang akan ramai. Tapi aku berharap grup ini tidak hanya ramai di awal saja namun akan selalu ramai. Nah, baru saja grup itu dibuat sudah ada undangan nikah dari seorang teman yang seangkatan namun berbeda kelas.

Terima kasih buat Dedew yang berinisiatif membuat grupnya, terima kasih buat Hifni yang (setauku) telah mengundangku ke grup. Dan yang lainnya, Udhik (ketua kelas abadi), Sagaf, Hana, mba Is, Ikay, Kuswati, dan lain-lain yang tak dapat kusebutkan satu per satu. Itu yang sudah gabung, ada namanya, dan sudah "ngoceh" sejak beberapa waktu lalu ketika tulisan ini dibuat. Dan terima kasih terspesialku buat Ari Novianti Rakhma atau yang tertulis dengan nama Miss Arien, terima kasih atas respon tadi. Sepertinya itu kabar pertama yang kudengar darimu setelah beberapa tahun yang lalu pertanyaan melalui komentar di fesbuk tak terbalas.

Miss you all. And happy reunion......

Jumat, 13 Juni 2014

Di Balik Menulis Ada Catatan

Tak lama lagi, atau tepatnya hari Sabtu-Minggu, 21-22 Juni ini akan ada pelatihan menulis di desaku @desa_muktisari. Tutornya akan berasal dari tutorku juga dari Sanggar @PenaDesa dan AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Kota Persiapan Purwokerto. Acara ini kuberi tajuk "Sinau Bareng nang Muktisari" yang kuharap dapat mengajak teman-teman untuk belajar bersama, utamanya tentang jurnalistik warga.

Personally, ada rasa haru dalam diriku sendiri bila acara ini dapat benar-benar terwujud. Aku yang tak punya pengalaman mengelola acara sendiri akhirnya memang harus belajar dari teman-teman yang lainnya. Meski dengan perasaan sedikit gundah, namun dengan dorongan dan dukungan utamanya dari Pak Mantri Ahmad Rofik dan temen Relawan Desa Cilacap yaitu Akhmad Fadli, Khotibul Umam, Fathurrohim, dan yang lainnya serta dari @PenaDesa maupun AJI Purwokerto aku pun membulatkan tekat untuk melaksanakan acara ini.

Berharap semoga acara yang insya Alloh akan dihadiri oleh perwakilan dari berbagai desa di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, dan Purwokerto ini barokah dan benar-benar memberi manfaat bagi siapapun yang terlibat di dalamnya, rasanya bukanlah hal yang berlebihan. Selanjutnya semoga dalam pelaksanaannya nanti tidak ditemui kendala yang dapat menghambat jalannya pelatihan ini.

Buat temen-temen yang hendak memeriahkan acara ini, sampai jumpa di desaku.

Selasa, 27 Mei 2014

Orang Galau Sulit Menulis

Berkumpul berbagi cerita dengan orang lain, seringkali tak dapat terjadi. Itu tergantung, dengan siapa kita berkumpul. Dengan orang yang kita kenal kah? Dengan siapa kah? Atau dengan "musuh" kita kah? Sesuatu yang membuat kita merasa terganggu akan membuat suasana terasa lebih kaku.

Hari-hari ini aku mungkin sudah mulai dekat dengan lingkungan, dengan teman-teman sedesa. Meskipun mungkin tak dapat sepenuhnya dibilang demikian. Tapi setidaknya aku sudah dapat atau mulai terlibat dengan beberapa kegiatan.

Seperti misalnya malam munggu kemarin, tepatnya saat ada pertandingan final liga champions yang disiarkan langsung di esceteve pada pukul 01:30 dini hari. Aku terlibat sebagai penyedia, atau setidaknya meminjamkan proyektor milik lembaga. Tak perlu kujelaskan di sini lembaga apa itu.

Nah, dalam kegiatan tersebut aku berkesempatan ngobrol dengan salah seorang perangkat desa. Aku ceritakan tentang kegiatan dan tentang website desa yang kukelola. Dan sepertinya beliau cukup antusias dalam menanggapi ceritaku. Sepertinya pula beliau juga mendukung apa yang kulakukan.

Namun satu hal yang benar-benar terlihat hasilnya adalah beliau akhirnya meminta diinstallkan linux di laptopnya. Sistem operasi yang sama persis dengan yang kugunakan : Ubuntu Studio 14.04 64 bit.

Sekian dulu cerita kali ini.

Senin, 19 Mei 2014

Menulis atau Tidak Menulis

Aku mengelola sebuah website desa, tepatnya desaku. Ya, Muktisari adalah nama desaku. Aku tak memiliki mimpi yang muluk-muluk. Aku hanya ingin website itu tetap hidup, dan aku selalu dapat memerbarui kontennya kapan saja. Itu saja.

Ada atau tidaknya manfaat dari apa yang sedang kulakukan, aku sendiri tak pernah tau jawabannya. Tapi orang-orang di sekelilingku, yang mendukungku seolah yakin dan mengerti akan faedahnya. Anggap saja aku sedang mencari jawabannya.

Ketika bertemu dengan para guru menulisku di @PenaDesa, mereka mengingatkanku untuk meng-email-kan dahulu sebelum kuposting di website. Hal tersebut agar kualitas tulisan yang dimuat lebih baik. Atau setidaknya akan sesuai dengan kaidah jurnalistik karena melalui tahap editing oleh editor, instruktur, dan para guru dari penadesa.

Aku sendiri hampir tak pernah melakukan itu. Biasanya aku menulis, langsung kuposting dan akan langsung nampak di website. Dengan segala hormat, dan tanpa mengurangi rasa hormat bukan aku merasa sudah pandai menulis atau apapun itu. Hanya saja menurutku prosesnya terlalu lama.

Pernah sekali aku mengirimkan dua tulisan yang berbeda ke 'editor' yang berbeda pula. Aku menunggu hasil jadinya terlalu lama menurutku. Sebenarnya bisa dipahami mengapa lama, lagipula bagi kebanyakan orang, email bukanlah hal yang eksklusif. Bahkan bagi pengguna smartphone sekalipun, tak semua mengaktifkan fasilitas emailnya.

Kalau saja prosesnya lebih mudah, misalnya saja. Penulis mengirimkan tulisan ke website, di situ kan ada fasilitas komentar. Tinggal dituliskan di kolom komentar masukkan dan sarannya. Atau melalui milis (lagi-lagi email), yang lain bisa membaca dan memberikan masukan secara langsung antaranggota.

Eh, itu menurutku loh ya..... Kalo gak setuju juga gak rugi kok.....

Minggu, 18 Mei 2014

Traumatik, atau Semacam Trauma

Peristiwa yang sudah pernah terjadi. Dapat menjadi hal yang tak terlupakan, bahkan sebaliknya tak akan pernah ingin mengingatnya. Tapi aku teringat kata-kata dalam film Tokusatsu, Kamen Rider Den-O "Ingatan orang-orang adalah waktu. Selama ada orang yang mengingatnya maka waktu tersebut akan eksis."

Banyak hal yang telah membuatku serasa memiliki rasa trauma.

Yah, segitu dulu ceritanya. Ngambang? Memang begitu seharusnya!

Kamis, 15 Mei 2014

Sibuk yang Tak Sibuk

Dua hari sebelum hari ini, aku tak terlalu sibuk meskipun aku mengira akan cukup sibuk. Hari ini sepertinya aku akan libur, tak tahu apakah akan sibuk atau tidak. Namun yang pasti aku kehilangan tulisanku yang sebelumnya karena aku menulis di tempat yang tak ada sinyal. Aku membiarkannya menyisakan judul belaka, karena aku tak ingat apa yang sudah kutuliskan.

Kali ini aku kembali teringat dengan Rifngatul Mahmudah, impian hatiku yang entah di mana kini. Aku masih dan akan tetap bermimpi akan kembali ke pelukanku. Akh, biarkan saja mimpi ini menjadi mimpi yang menjadi mimpi. Mimpi di atas mimpi. Dengan begitu aku tak akan pernah lupa namanya, kecupannya di bibirku, pelukan eratnya, serta kehangatan ketika tubuh kami bertemu. How nostalgic....!!!

Memang benar, ada nama-nama baru. Namun kesannya tak akan pernah sama dengan nama itu. Aneh tentu, namun aku masih terlalu sibuk mengingat nama itu.

Jumat, 02 Mei 2014

Berlalu dan Menghilang

Senin, 28 April 2014

Dari Dermaji Hingga Kondangan

Hari ini banyak yang bisa kuceritakan sebenarnya. Dari perjalananku ke Desa Dermaji, Lumbir, Banyumas untuk mengikuti Sarasehan Gerakan Desa Membangun. Hingga aku akhirnya datang (kondangan) ke nikahan bos lamaku : Naseh Aolawi.

Aku berangkat bersama Akbar Bahaulloh, dan Samsul Wibowo. Mereka berdua berboncengan. Satu lagi dari BloggerCilacap yaitu Bahaudin (yang punya akun @SobatBercahaya) akhirnya menyusul. Jadi yang berangkat dari Cilacap bukan dari kalangan perangkat desa kami berempat, Baha-baha, samsul-samsul. Bukan hal yang penting, tapi itu komposisi yang terjadi.

Tulisan ini bukan mau memberitakan, tapi hanya sekedar menceritakan. Lalu apa yang kami dapat dari sana?

.....

@samsulmaarif_

Sabtu, 26 April 2014

Soal Ini dan Soal Itu

Yang paling menyebalkan ketika menulis adalah setelah menulis panjang-lebar, tidak tersimpan, lalu hilang mood untuk menulis. Ujungnya malas untuk menuliskan ulang.

Kamis, 24 April 2014

Mencuci Baju

Dari pagi dini hari ini aku tak mengerti apa yang ingin kutuliskan di sini. Namun yang jelas aku berpikir tentang satu hal, yaitu hari ini aku harus menulis!

Hari ini aku tak berangkat kerja lagi. Bukan aku sudah keluar, namun seperti sedang tak mood untuk masuk kerja.

Siang tadi aku merendam pakaian yang terkumpul entah sudah berapa minggu. Yang sampai malam begini belum sempat kucuci. Tapi sebagaimana sebenarnya adat mencuci seorang bujang? Yah, mungkin bermacam-macam.

Kalau aku sendiri tak terbiasa mencucikan pakaian sekeluarga. Jadi ketika aku mencuci ya mencuci pakaian sendiri. Mungkin ini bukan hal positif seperti halnya yang dilakukan oleh beberapa teman.

Mantrine misalnya, beliau mengaku semasa muda selalu mencucikan pakaian seluruh anggota keluarga. Atau beberapa saudaraku yang juga melakukan hal yang sama. Dan tentunya mereka telah terbiasa dengan hal itu. Tidak denganku, terasa kaku dengan hal-hal semacam itu.

Aku mungkin masih bersama dengan keluargaku. Namun aku juga bersama dengan keanehan yang terjadi di sini. Semua berjalan dengan segala anomalinya. Aku tak mengatakan ini benar-benar 'aneh', namun hanyalah sesuatu yang berbeda.

Sudah dulu tulisan kali ini. Tak tinggal nyuci dulu.

Rabu, 23 April 2014

Satu, Dua, Tiga, Empat

Satu, dua, tiga, empau (menghitung), ya ini postingan kelimaku untuk blog ini yang kutulis langsung melalui ponsel Android. Dengan aplikasi blogger yang dapat dengan mudah kudapatkan melalui Google Play aku menulis huruf per huruf menjadi rangkaian kata, kalimat, yang akhirnya menjadi bahan bacaan yang sedang kau baca ini.

Sekian saja ya tulisan ini. Happy blogging.....

Selasa, 22 April 2014

Mulai Bosan dengan Pekerjaan

Ini adalah pertanda aku mulai bosan dengan apa yang kukerjakan. Bukan soal berapa fee yang kudapatkan dari pekerjaanku. Namun seberapa nyaman aku berada di sana. Yang kumengerti, setiap orang punya cara masing-masing untuk membuat dirinya nyaman. Benar, namun seberapa jauh dia didukung oleh lingkungan?

Baiklah, berikut ini beberapa hal yang membuatku tak nyaman :

- Masing-masing entitas yang ada dalam lembaga seringkali saling lempar ketika aku memerlukan sesuatu. Kenyataanya adalah ini adalah lembaga keluarga. Jabatan-jabatan yang ada di dalamnya pun diisi oleh anggota keluarga tersebut dari ketua hingga lainnya. Dan mungkin hanya aku elemen dari 'luar'.

- Seringkali aku merasa serba salah melakukan sesuatu karena ketidakjelasan eksekusi. Tak jarang pekerjaan yang kukerjakan sungguh-sungguh akhirnya di-sia-sia-kan. Hal ini yang terkadang membuatku malas untuk mengerjakan tugas baru. Hey, itu sebuah alasan untuk malas, bukan?

- Ah, mungkin ada juga alasan lain penyebab kejenuhanku. Meskipun mungkin sisanya lebih pada akibat dari apa yang telah kulakukan. Atau akibat dari ucapanku di masa lalu yang tak menginginkan kesukesan. Ya, aku tak ingin jadi orang sukses. Apa-mungkin-lagi orang lain yang sukses. Mungkin aku terlalu egois. Tapi izinkan aku meminjam kata-kata Heero Yuy "This is the only way i know how to live."

Aku sih berharap ada yang berubah sehingga kejenuhanku bisa sirna. Dan aku dapat kembali dengan nyaman mengerjakan pekerjaanku. Menularkan yang kubisa kepada orang lain. Menjadi bermanfaat bagi yang lain.

Senin, 21 April 2014

Berkenalan dengan Waktu

Berdasarkan pengalamanku berkenalan dengan sesuatu yang baru tak selalu menjadi yang menyenangkan. Beberapa di antaranya bahkan menjadi hal yang sangat membosankan (kau boleh membacanya dengan kata 'menjijikan').

Contoh yang paling nyata terjadi padaku beberapa tahun lalu. Saat itu aku berkenalan awalnya hanya melalu sambungan telepon. Dia seorang pacar sahabatku, cantik sudah pasti, tubuhnya pun seksi. Dengan pulsa seadanya beberapa kali kuhubungi dia, atau dia menghubungiku. Kuanggap seperti temanku sendiri, aku mulai menceritakan pengalamanku.

Senang rasanya punya teman yang mau mendengarkan curhatanku. Kuceritakan hal-hal yang sifatnya rahasia, hingga hal-hal yang membosankan. Tanpa terasa, dan tanpa kuketahui, ternyata dia menganggapku sebagai selingkuhannya. Dan itu yang dia ceritakan pada saudari keponakannya. Hal itu kuketahui dari keponakannya tersebut.

Aku sendiri akhirnya memilih menghindarinya. Aku menolak untuk bertemu dengannya. Aku merasa didzolimi atas hal itu. Dan yang bisa kulakukan adalah menjauh darinya. Belakangan kuketahui dari keponakannya kalau dia telah menikah. Namun bukan dengan sahabatku. Sahabatku sendiri masih suka gonta-ganti pacar yang entah kapan akan berhenti melakukan hal yang sama.

Ini bukan soal menjudge siapa, dan mengapa. Hanyalah sebuah pendapat yang berdasar pikiranku semata. Aku juga tak bermaksud menyalahkan sahabatku tersebut. Tapi kok yao, menurutku sebaiknya hal itu dihentikan.

Kembali ke perkenalan. Beberapa yang lainnya tak nampak separah itu. Namun yang paling menyakitkan sebenarnya adalah perkenalanku kembali dengan gadis impian masa kecilku. Kami telah terpisahkan bertahun-tahun karena dia pergi merantau ke nengeri antah-berantah. Di negeri berbahasa arab. Ya, kalau soal ini sebenarnya sudah kutuliskan di blog ini. Cari saja yang berjudul 'Semua Tentang Uang' (kalau tak salah). Gadis impianku inilah yang kuceritakan pada pacar temanku tadi.

Tak ada orang yang ingin tertipu, bukan? Mungkin hanya orang yang otaknya miring. Baru-baru ini ada seorang yang mengaku masih gadis dan sedang berada di negeri jiran. Ah, tapi kebenarannya hanya secuil. Ini cukup memalukan, kuceritakan sekian saja.

Minggu, 20 April 2014

Bersama Malam Kumengenalmu

Seperti halnya bulan yang nampak bercahaya terang tatkala malam. Aku mengenalmu tanpa tau apa arti mengenal. Aku hanya tau. Aku hanya pernah melihat. Dan aku hanya seorang belum mengenalmu. Aku hanya berharap cahaya bulan malam ini dapat menerangi hati kita, agar mudah menentukan arah yang kita tuju.

Malam ini, bersama sekitar 30 orang teman sekampung halaman lainnya aku ikut serta pergi ke Kesugihan guna 'ngormati' PonPes Ihya 'Ulumuddin Bersholawat bersama Habib Syech. Aku sendiri masih terasa asing meskipun bersama teman-teman sekampung. Yah, tentu saja. Meskipun aku juga warga sini namun aku terbilang jarang bergaul (untuk tidak dikatakan 'tak pernah sama sekali') dengan orang-orang sekelilingku.

Nah, hal ini seolah tak pernah berakhir. Karena aku akan selalu demikian. Dan selama mindset ini belum dapat berubah, mungkin aku akan selalu merasa asing.

Namun sebenarnya bukan itu yang ingin kuceritakan kali ini. Pagi lalu aku bermimpi seolah aku dapat bertemu kembali dengan Mudah. Aku dapat bercengkrama dengannya. Meskipun dengan 'gerak' yang cukup terbatas. Aku dapat menikmati keindahannya. Aku mungkin juga dapat menyentuhnya, namun hal itu tak kulakukan. Mimpi itu terasa indah benar buatku. Aku benar-benar menikmati bertemu dengan orang yang kusayangi meskipun hanya dalam mimpi. Meskipun pula, ia telah menjadi milik orang lain yang sama sekali tak kukenali.

Ah, tapi itu memang hanyalah mimpi. Di dunia mimpi, apapun bisa terjadi. Dari hal yang sangat kita harapkan hingga yang 'naudzubillah'.

Di dunia nyata, dalam peristiwa tadi di Kesugihan, Cilacap aku berkesempatan bercengkrama dengan teman-temanku. Tak terkecuali dengan para cewe. Agak ragu aku menuliskan namanya di sini. Namun yang pasti aku tau, aku berbicara dengan iseng.

Antara pertanyaan dan jawaban nampak serius. Aku sendiri dalam hati sedikit tak terlalu banyak memang berharap. Tapi dalam hatiku merenung, dan merasa tak perlu jatuh hati. Dengan kata lain, aku menghindari jatuh hati pada seseorang pada saat demikian.

Selalu dalam hatiku berkata : aku tak perlu tau siapa jodohku nanti, namun pada saatnya dipertemukan jadilah yang terbaik. Sudah cukuplah tertipu dengan segala hal yang semu.

Selamat jumpa pagi. Mari terlelap tidur kembali.

Sabtu, 19 April 2014

Peristiwa Terbaru

Rasanya cukup sangat lama aku meninggalkan blog ini terbengkalai. Tak terurus, tak ada catatan baru. Meskipun dengan begitu aku melewatkan banyak sekali cerita kehidupan yang menarik untuk dicatat.

Misalnya cerita tentang kehadiranku di sebuah lembaga pendidikan nonformal. Suka-duka dan 'pergolakan batin' yang terjadi seolah menghiasi hari-hariku. Yah, semua seolah berlalu tanpa ada bekas catatan yang tersisa.

Mungkin sekian dulu catatan pagi ini yang tak menceritakan apapun.