Thursday, August 14, 2008, 02:02:53 PM
SUDAH SAATNYA AKU pulang melepas kerinduan yang menggebu ini.
Entahlah, segalanya memang serba tak terduga. Segala apa yang telah kurencanakan bisa saja tak akan pernah terjadi. Aku hanya ingin mencoba menghadapi apa yang ada di hadapanku dan bukan yang lain. Emji adalah suatu ungkapan yang tak tergantikan pada sepucuk kerinduan. Aku mengutip sedikit dari sebagian orang yang telah mengetahui segala sesuatu yang telah kuketahui. Paham!? Tidak pun tak masalah. Aku menghadapinya sendiri.
Emji, saat pulang nanti apa yang akan kulakukan pada diriku sendiri dan lingkungan di sekitarku tak terkecuali engkau, adalah kebelummengertian yang dapat dipahami.
Emji, hadapilah hidupmu dengan senyuman.
Emji, hadapilah cintamu dengan kerinduan.
Emji, agar aku merasa mencintai dan dicintai.
Emji, setiap langkahku menuju haluan tiada duga.
Emji, kujumpa dirimu dalam keheningan.
Emji, dan gegap gempita.
Tuesday, August 19, 2008, 09:48:02 PM
kau butuh laporan hasil kegiatanku di rumah.
yang sebenarnya sangat menyedihkan.
aku tak berjumpa dengan emji.
sangat menyedihkan.
hanya menyisakan kerinduan yang semakin menggebu.
Tuesday, August 19, 2008, 11:25:37 PM
"Awake manungso sing panas, wis dipolna atine tetep panas. Sing biso ngademna panase awake manungso ya mung wong wedo'." Seuntai kalimat yang kudengar dari siaran Televisi Rebublik Indonesia (TVRI) pada hari Senin, 21 Juli 2008, 00:00-an WIB. Kalimat itu menurutku adalah benar dan akumerasakannya sendiri. Aku kangen Emji. Beberapa waktu yang lalu aku sudah mengirim surat padanya. Tapi sampai saat ini tak ada balasan sama sekali. Nampaknya setelah aku mengecek kembali alamat tujuannya berbeda, kuperkirakan salah alamat dan tak sampai pada Emji. Begini kucatat dalam lembaran harianku beberapa minggu setelah kukirimkan suratku : "Emji, aku menanti surat balasan darimu. Aku kangen kamu, Emji. Aku sudah kirim surat ke kamu, cuma sekarang menyisakan pertanyaan Apakah sudah kau terima apa belum?"
Berikut ini kucatat pada hari Minggu, 15 Juni 2008.
Sebuah catatan tentang waktu yang tak pernah tehenti oleh hadirnya cinta yang sejati.
Enyalhah kegelapan yang mengusung duka
Vestival cinta menggelar senandung bahagia
Inilah kesejatian yang tiada duanya
Meski waktu terus berjalan dan jarak memisahkan kita
Ungkapkan saja dengan sebuah kata
Namamu bertebaran di ujung pena
Janjiku janji seorang ksatria
Indah nian kebersamaan kita
Alangkah oh alangkahnya
Terhanyut aku oleh cinta
Inilah Puisi tentang setia
3.Sepanjang catatan kesendirian
Aku menanti sebuah kebersamaan
Menaksir cinta pada keabadian
Untuk kesepian dan keterasingan
Namun waktu terus berjalan
Jalan, seiring dengan kesetiaan
Ibarat asap di atas perapian
Berikut ini kucatat pada hari Senin, 5 Mei 2008
Sekedar mengobati kegundahan hati, aku mulai mencatat di buku ini. Barang sepatah dua patah kata "Bicoz, karena, sebab" aduh gundahnya hatiku. Apa obatnya? Coba cari di toko Cinta alamatnya di Jalan Kerinduan nomor spesial. Tapi jangan cari di kota Gulita.
Hari pertama training di kelas bersama 26 orang teman. Termasuk di antaranya 5 orang cewek. Sampai saat ini perasaanku masih gembira, meski baru saja aku mendapatkan hukuman lari keliling lapangan sebanyak 5 kali lantaran tidak sesuai dengan tata tertib training yaitu di antaranya sepatu tidak hitam polos. Bersama.......---sekitar 10 orang yang ikut lari keliling lapangan. Trainernya pada saat itu adalah Pak Santoso.
Di waktu yang pada alur drama disebut menuju klimaks atau bahkan telah klimaks aku kembali mencoba menorehkan sebaris kata. Aku tak tahu aku harus merasa bagaimana, yang ada aku hanya bingung. Aku terhibur dengan perlakuan teman-teman kepadaku. Sekarang cukup untuk catatan ini.-
Wahai siapa pun dikau yang membaca catatan ini, aku senang kau membaca catatan ini tapi kuharap hal ini tak menjadi cela di antara kita. Wahai wanita, cinta ini kan kujaga, Wahai Emji, kau pun 'kan setia pada cinta yang kau cintai.
catatan : merah tambahan pada saat mengetik
Berikut ini kucatat pada hari Jum'at, 9 Mei 2008
Ada rasa yang kurasa, ada gembira dalam dada, juga ada yang tak suka dirasa tapi terasa sangat terasa. Sepasang rasa yang sedang bercumbu, mengharubirukan waktu di antara tepian hari. Siapa peduli pada rasa, rasa tak punya perasaan untuk diberikan pada waktu. Waktu mengerutkan wajahnya kembali, dia juga tak lagi peduli pada siapa yang ia jumpai pada setiap dirinya.
Aku bingung mas smsul sebenere emji itu cpa cih kok sampe cegitunya ma dya
BalasHapus