Minggu, 23 Oktober 2016

Milikku Laptopku dan Milikmu Laptopmu

laptop ini hanya ilustrasi

Selamat siang masyarakat,

Saat aku menulis ini, aku sedang dalam keadaan lapar. Bukan aku tak mampu beli makanan. Hanya saja, aku masih mager alias malas gerak. Namun, itu bukan alasanku untuk menulis di blog ini.

Beberapa hari yang lalu, saat aku di kelas, aku mengajak anak-anak untuk praktek menginstall sistem operasi. Namun, dalam kelas hanya ada 3 laptop. Pada akhirnya, laptop tersebut diinstall menggunakan sistem operasi yang kusarankan. Hampir tidak ada yang berjala mulus. Aku tak habis pikir, kenapa bisa begini.

Ada sebuah laptop, yang pada saat itu, baru 3 hari dibeli. Ya, laptop itu salah satunya yang dipakaikan untuk praktek install di kelas. Beberapa kali gagal install Ubuntu 16.04 64 bit dengan mode UEFI. Namun setalah diinstall tanpa mode UEFI, instalasi berhasil hingga akhir. Dan sistem operasi berjalan normal. Kecuali, sistem operasi sebelumnya yang ternyata tidak terbaca. #teknis

Pada hari berikutnya, ternyata laptop itu telah diinstall ulang dengan sistem operasi windows. Kemudian terdapat kendala, yaitu touchpad tidak berfungsi. Di sinilah letak kesalahanku, siswa bertanya, kemudian aku cuekin begitu saja. #teknis

Ternyata, muncul persoalan baru. Ortu murid tidak terima, laptop yang baru dibelinya touchpadnya tidak berfungsi. Pada hari berikutnya, beliau datang ke rumah pak kepala sekolah. Yang intinya meminta pertanggungjawaban seorang guru yang bernama saeful (itu nama yang dia dengar dari anaknya). Namun mungkin yang dimaksudnya adalah samsul, ya, itu namaku.

Pagi itu, aku yang baru mau berangkat sekolah, mendapat panggilan dan sms dari kepala Tata Usaha sekolahku. Pada awalnya aku tak tau, kalau aku dipanggil karena soal itu. Sesaat aku sampai di sekolah, aku diminta untuk langsung menuju rumah pak Kepsek yang tak jauh dari sekolah, hanya berjarak sekitar 300 meter. Aku pun ke sana tanpa berpikir yang macam-macam.

Saat di rumah pak Kepsek, ternyata sudah ada Ka-TU dan ortu murid tersebut (rasanya tak perlu menyebutkan nama). Namun pak Kepsek sendiri tidak ada di tempat. Inti dari pertemuan itu adalah, si ortu murid (sebut saja pak ortumu) memintaku untuk bertanggung jawab. Karena laptop yang baru dibelinya dari purwokerto sistem operasinya berubah, dan ada komponen yang tidak berfungsi.

Pada akhirnya, laptop tersebut kubawa sembari berkata, "Oke ini saya bawa, saya bereskan. Nanti sore anak-anak kan pramuka, kalau sudah selesai saya serahkan ke anak bapak."

Menurut pak Ka-TU, ortumu tersebut memang sengaja datang untuk ngomelin aku karena laptop tersebut. Pak Ka-TU sudah meluruskan, bahwa ortumu harus menunggu konfirmasi yang bersangkutan (yaitu aku) untuk mengonfirmasi apa benar aku yang menginstall. (Terasa agak mbrundet kalimat ini, tapi ya beginilah).

Hari itu memang hari Jum'at, Aku berpikir aku akan mengerjakan setelah pulang Jumatan. Siang itu juga, sebelum kegiatan pramuka dimulai aku memanggil dua orang anak. Satu pemilik laptop (si A), dan satunya lagi yang menginstall laptop tersebut terakhir (si B). Kukatan sepatah dua patah kata tentang apa yang terjadi dan bertanya beberapa hal. Selanjutnya, aku meminta si B untuk membereskan hal tersebut. Aku juga menyerahkan kartu namaku pada si A, jika suatu saat ortumu perlu menghubungiku.

Pikirku, ada anak yang pandai, kenapa tidak memberdayakannya?

Hari pun berlalu. Tak kusangka, hal tersebut menjadi bumerang bagiku. Sabtu malam, aku mendapat panggilan telepon dari nomor yang tidak kukenal. Ternyata si ortumu yang memanggil. Beliau marah, beliau memaki-makiku dengan sebutan yang tidak ingin didengar oleh siapapun. Pada saat itu, pikirku, ini tidak jauh berbeda dengan kasus orang tua yang marah lalu memenjarakan guru yang mencubit anaknya.

Dalam sambungan telepon tersebut juga beliau menggunakan beberapa kalimat ancaman. Tak terkecuali, ancaman penjara atas tuduhan penipuan. Menurutku, sebenarnya wajar, orang tua marah karena barang milik anaknya "dirusak" oleh orang lain, sedangkan barang tersebut merupakan hasil jerih payahnya. Namun, bahasa yang digunakannya itu yang membuatku tak nyaman. Ortumu bahkan menggunakan kata "lonte" untuk "menyerangku".

Pada saat tersebut, dalam pikiranku pun, aku berkata pada diri sendiri. Apapun yang kukatakan, benar sekalipun akan dianggap salah oleh beliau. Dalam sambungan telepon tersebut, aku pun berkali-kali meminta maaf. Namun, kata maaf yang kuucapkan itu seperti menggarami air laut. Tak dihiraukan, bahkan tak didengarnya. Aku pun berusaha untuk tidak terpancing emosiku.

Telepon akhirnya terputus ketika ada panggilan lain masuk. Oh, ternyata bapaknya pacarku yang telepon. Oh, ini Malam minggu rupanya. Aku diminta datang ke rumah (setelah aku kirim sms).

Aku pun buru-buru menghubungi si B, dengan berbagai cara. Ternyata sangat sulit, nomor telepon yang dia punya (kudapat dari teman-temannya) tidak ada yang bisa dihubungi. Akun facebooknya juga luring. Pikirku, ini harus selesai malam ini juga. Kalau perlu aku datang ke rumah si B.

Untungnya ada Eri, anakku yang biasanya berkumpul di Sidareja, saat itu dia sedang di rumah. Kuminta dia untuk datang ke rumah si B, mengambil laptop tersebut, dan membawanya ke basecamp.

Namun ternyata, ternyata eh ternyata, menurut si B laptop tersebut sudah diambil oleh si ortumu dan si A. "Anu pak, Laptopnya sudah diambil sama bapaknya sama si A, sudah normal," kata si B. "Beneran itu?" tanyaku. "Beneran pak," jawabnya.

Oaaalah, kok aku dikerjain, batinku. Ternyata laptopnya sudah jadi. Tapi si ortumu tetep marahin aku. Ya nasib, ya nasib. Hahahaha... Tapi si ortumu justru menelponku justru setelah laptop diterimanya. Kan jadi aneh.

Ini benar-benar menjadi pembelajaran yang sangat berarti bagiku. Seharunya aku tidak abai ketika seorang siswa menanyaiku. Dan mungkin, sudah seharunya aku mengerjakan sendiri sesuatu yang harus kukerjakan.

Siang ini, menurut saran seorang teman, untuk menghindari "serangan" yang ke-2, aku harus ceritakan semuanya kepada pak Kepsek. Aku pun melakukannya, meskipun hanya melalui sambungan telepon. Ternyata pak Kepsek pun merasa tak nyaman dengan kalimat-kalimat yang diucapkan si ortumu.

Dan menurut pak Kepsek, memang demikian karakter orang tersebut. Kita harus menghadapinya dengan sabar, jangan terpancing emosi.

Aku merasa lega setelah kucurahkan kegalauanku pada pak Kepsek. Semoga di kedepan hari (entah kalimat macam apa ini), hal yang demikian tidak terjadi lagi. Meski terkadang aku berpikir, inilah resiko pekerjaan. Menjadi guru di zaman sekarang, mungkin tak semudah dahulu.

Dewasa ini, seorang murid yang dicubit gurunya, kemudian melapor pada orang tuanya, lalu gurunya dipenjarakan, seperti hal yang sering terjadi. Ada juga orang tua yang tak terima anaknya dicukur oleh gurunya, lalu datang ke sekolah untuk mencukur rambut gurunya. Harus diakui, aku hidup di zaman seperti ini.

Selasa, 13 September 2016

Dari Kapan Lulus Sampai Kapan Nikah?

Senin, 12 September 2016, 08:31

Tepat saat hari raya idul adha, hari ini aku menuliskan ini. Saat di mana aku telah lama tidak ngeblog. Ada banyak cerita yang terlewatkan di sini. Perlu gak nih aku tuliskan, kalo saat aku menulis ini sedang tidak ada koneksi internet. Yah, pada hari di mana sinyal operator tri sedang lenyap dari muka bumi. Entah kenapa.

Cerita tentang diklat Guru Bisa di BLC Telkom Klaten yang berlangsung selama seminggu, tanggal 8-13 Agustus 2016. Pengalaman yang mengasyikkan. Aku (dan banyak peserta lainnya) belajar banyak di sana. Aku yang saat berangkat, tidak cukup suka dengan yang namanya MikroTik. Mau tak mau harus belajar MikroTik. Di antaranya karena ada yang memintaku untuk mengajarinya, mau tak mau aku harus bisa. Selama enam hari di sana, aku berkenalan dengan banyak orang. Diklat tesebut memang dikhususkan untuk para guru. Ada yang dari Riau (yang sebenarnya dia orang Brebes, tapi bekerja dan menetap di Riau bersama istri dan keluarga kecilnya). Ada yang dari Semarang, ada yang dari Jakarta, ada pula yang dari Jombang, Kediri, Klaten, dan lain-lain.

Ah, rasanya tak banyak yang bisa kuceritakan. Meski ada satu kata kunci di sini, "sampluk" yang dilontarkan pak Huda. Menurutnya, aku bisa membuat distro dengan nama itu. Dan aku hanya bisa tertawa. Hahahahaha....

Oiya, ada juga cerita tentang aku yang sempat mengikuti Workshop bersama seorang jurnalis Prancis pada 1-2 Agustus 2016 di Hotel Grand Kanaya Baturraden. Meski bagi sebagian orang, hal ini bukanlah apa-apa, bagiku pengalaman ini cukup mengasyikkan. Dan, meskipun aku sendiri dapat memahami apa yang pembicara sampaikan dalam bahasa Inggris, aku merasa kikuk untuk berbicara dengan bahasa tersebut. Sempat juga diminta untuk ngomong di depan kamera sebagai testimoni untuk AJI Kota Purwokerto, tapi mungkin karena kalimat yang terucap dari mulutku terkesan wagu, gak tau deh mukaku dimunculkan atau tidak di video testimoninya.

Nah, sebenarnya itu cerita yang berlangsung sudah lama. Baru-baru ini aku sedang merasakan jenuh. Entahlah, aku mungkin merasa jenuh karena beberapa anak di kelas tingkat akhir. Atau memang aku merasa jenuh karena bosan dengan suasana dan lingkungan sekolah. Aku tau, tak seharusnya begini.

Dan pertanyaan yang sempat melintas di kepalaku (sempat juga diajukan oleh temanku), apakah aku akan di sekolah selamanya? Hemmm, rasanya tidak ada perkembangan kalau aku selalu-dan selalu menerap di situ. Anggaplah ini sebagai wacana, pada saat yang tepat, aku telah memiliki usaha yang cukup menjanjikan sebagai penghasilan utamaku. Dan pada saat itu aku akan ada 2 pilihan. Apakah aku akan tetap di sekolah sebagai pengabdian bagi dunia pendidikan, atau aku akan keluar dan fokus ke duniaku menjadi seorang pengusaha, alias bisnisman.

Anggap saja itu sebagai angan, atau impian, atau apapun itu. Yang pasti, saat ini, aku masih di sini. Masih bersama anak-anak yang ingin belajar. Belajar menjadi apa yang mereka inginkan. Tugasku adalah menuntun mereka, sebisa yang kumampu.

Okelah, mari kita bahas hal yang lain. Nah, baru kemarin aku mampir ke rumah lilikku (baca: paman) di Sidareja. Dan pertanyaan klasik pun muncul. Kapan rep mbojo? Dilanjutkan dengan kalimat, "adine wis pada gede loh" (ind: adikmu sudah besar-besar loh). Aku pun hanya dapat tertawa mendapati pertanyaan demikian.

Beberapa hari sebelumnya aku bertemu dengan lik Tirah. Pun menanyakan hal yang serupa. meski dengan kalimat berbeda. Aku pun menimpali dengan kalimat "lilikke beh urung" (baca: paman juga belum). Karena memang adik termuda dari ibuku juga belum menikah. Di usianya yang mungkin akan (atau bahkan sudah) menginjak kepala empat, beliau masih "setia" dengan status lajangnya. Beliau masih sibuk mengurus adiknya --yang kebanyakan orang akan menyebutnya dengan kata "keterbelakangan mental"-- yang paling disayanginya.

Ya, katakanlah aku sudah punya rencana untuk itu. Aku tetap belum dapat mengungkapkan pada siapapun. Karena aku belum begitu yakin, karena aku belum "ngomong" dengan kedua orang-tuaku. Aku tau, orang-orang di sekelilingku (termasuk pacarku) menunggu kejelaskan dariku, aku hanya bisa menjawab : "aku menunggu saat yang tepat buat ngomong ke ortuku." Tentunya aku berharap, mereka akan langsung setuju.

Ah, banyak sekali misteri di dunia ini. Termasuk perasaan manusia. Silakan baca catatan ini, tapi setelah itu lupakan! Dan jangan sekali-sekali dibahas! Gak penting tauk.....

Minggu, 24 Juli 2016

Belajar Sekaligus Berlibur di Sekolah Garasi

Kemarin (Rabu, 20 Juli 2016) aku naik kereta Malabar menuju Turen, Malang, Jawa Timur. Duduk di bangku bernomor 1B dan 1A, kami berhadapan dengan sepasang suami istri yang masih muda. Lucunya, nama yang pria mirip dengan namaku. Hanya saja, namanya terdapat perulangan, yaitu Arif Samsul Ma'arif. Sedangkan istrinya bernama Anna.

Dalam obrolan yang berlangsung beberapa kali, akhirnya aku tau kalau mereka baru menikah dua bulan lalu sebelum bulan Ramadhan. Suami dan sang istri sama-sama asli Tasikmalaya, namun sang suami mengaku pernah merantau di Kediri.

Dalam perjalanan tersebut, sang suami sengaja mengajak istrinya untuk sama-sama hidup di Kediri. Dia akan bekerja sebagai penjual es campur. Bos es campurnya juga katanya dari Tasik juga.

Apa yang saya pelajari dari obrolan kami adalah, bahwa hidup memang perlu perjuangan.

Saat tulisan ini dibuat (Minggu, 24 Juli 2016), aku sedang di Kereta Malabar 99 dalam perjalan kembali ke Cilacap dari stasiun Kepanjen, Malang, Jawa Timur. Menurut jadwal, aku akan sampai di Banjar pukul 04:14 WIB (11 jam perjalanan). Kenapa Banjar? Karena kereta yang saya tumpangi tidak ada yang turun di Gandrung maupun di Sidareja. Adanya di Kroya dan Banjar. Sedangkan yang terdekat ke rumah adalah Banjar.

Jadi, apa yang kulakukan selama di Malang? Di hari pertama aku di sana tak banyak yang kulakukan, selain tidur karena rasa kantuk yang tak tertahankan setelah naik kereta selama 11 jam. Sore harinya aku diajak silaturahmi ke rumah bu Kamad MI Amanah Turen, sekaligus ngobrolin tentang kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan esok harinya.

Malam harinya, aku berusaha menyiapkan materi presentasi yang akan digunakan saat pelatihan. Ehmmm, sebenarnya aku tak terlalu pede menggunakan kata "pelatihan", dua kali aku mengubah judul presentasiku. Dari kata "pelatihan", kemudian diubah "lokalatih", pada akhirnya aku menggunakan kata "lokakarya". Hahaha, aku sendiri bingung mana yang paling relevan. Tapi aku merasa lebih pede menggunakan kata "lokakarya". Aku menghindari kata "pelatihan" karena merasa aku bukan orang pintar yang dapat melatih orang lain. Tujuanku hanya berbagi ilmu yang kumiliki, dan berharap dapat bermanfaat bagi orang lain.

Nah, sebelum lokakarya berlangsung, aku diajak Yani, seorang pendidik ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di MI Amanah Turen untuk pergi ke tempatnya mengajar. Sekolahnya yang memiliki semboyan/motto "Sekolah serasa di rumah sendiri" ini memang unik.

Bagaimana uniknya? Silakan baca di http://sekolahgarasi.sch.id

Ya, itu adalah alamat website sekolah tersebut. MI Amanah Turen adalah nama sekolahnya secara administratif, namun lebih populer disebut dengan sebutan Sekolah Garasi karena salah satu ruang kelasnya memanfaatkan bekas garasi mobil. Ruang kelas ini disebut juga kelas Kholifah 1, tempatnya berbeda dari ruang kelas reguler (jarak beberapa ratus meter).

Ada juga ruang kelas lain, yang juga tempatnya terpisah dan tak kalah unik yaitu Kelas Kholifah 2, atau disebut juga sekolah Kandang Bebek karena memanfaatkan bekas kandang bebek yang disulap sedemikian rupa menjadi ruang kelas.

Dan masih banyak keunikan-keunikan lain di sekolah ini yang tak kalah kerennya. Nah, kali ini secara singkat aku ingin ceritakan tentang lokakarya kemarin, Jumat, 22 Juli 2016 yang berlangsung di Sekolah Garasi. Lokakarya berlangsung lancar, meski saya sempat demam panggung. Karena berbicara di hadapan mba-mba yang cantik dan ibu-ibu yang keren serta mas-mas yang super cool. Heheheh.....

Dalam kesempatan itu, saya ceritakan sedikit tentang apa itu website sekolah. Apa saja manfaatnya, dan bagaimana cara memanfaatkannya, salah satunya dengan mengisi konten websitenya. Karena kebanyakan memiliki gawai Android, maka lebih mudah untuk mengisi konten websitenya. Aplikasinya tersedia, tinggal diinstall dari playstore, kemudian login melalui aplikasi tersebut, dan mulailah menulis.

Beberapa telah berhasil posting, meski ada juga yang kesulitan bahkan gagal install aplikasinya karena gawainya tidak dapat terhubung dengan internet #teknis.

Harapannya sih, setelah lokakarya tersebut konten website Sekolah Garasi akan lebih kaya. Dan menurutku, tak perlulah ada saling iri hati karena masing-masing punya kesempatan yang sama untuk menulis di website tersebut.

Syukur Alhamdulillah, lega rasanya bisa belajar bareng temen-temen di Sekolah Garasi. Selanjutnya, ditunggu deh karya temen-temen.

Sore hingga malam harinya aku tak terlalu ingat apa yang kulakukan, kecuali aku menyiapkan konsep (baca: daftar pertanyaan) untuk wawancara. Karena mumpung di sana, aku mencoba membuat apapun yang bisa kuperbuat. Termasuk membuat profil sekolah dalam bentuk video. Sekedar project iseng-isengan heheheh...

Sabtu, 23 Juli 2016 ternyata agendanya adalah Halal bi Halal sekaligus kegiatan parenting di kelas Kholifah 1. Parenting adalah kegiatan untuk menyamakan persepsi sekaligus saling konsultasi antara wali murid dan guru agar terjadi keselarasan antara guru dan orang tua murid dalam proses pembelajaran peserta didik. Pikirku, hari itu akan ada lokakarya lanjutan. Ternyata setelah acara tersebut, ada kunjungan ke sebuah cafe baru di tempat yang tak kutau namanya. Temen-temen pun terlihat capek setelah pulang dari cafe yang tak ditemukan pemiliknya. #hihihihi

Pagi tadi, Minggu, 24 Juli 2016 aku dan yani sempat berkunjung ke pantai Balekambang. Yah, ini momen kami berdua. Terlalu manis untuk diceritakan di sini. #heheheh Hari ini juga aku pulang ke Cilacap dengan kereta yang sama pukul 16:30 waktu Kepanjen. Insya Alloh akan sampai di Banjar Patroman pukul 04:18 WIB.

-- terkirim dari ponsel #linux
@samsulmaarif_

http://www.samsul.web.id

Selasa, 05 Juli 2016

Catatan bukber IA3 2007 di tahun 2016

Sudah menjadi tradisi setiap tahun bagi kami alumni SMA Negeri 1 Sidareja tahun 2007 kelas IPA 3 mengadakan kegiatan reuni. Biasanya reuni kami lakukan antara H-2 atau H-3 lebaran. Biasanya sekaligus dengan acara buka bersama.

Alhamdulillah, meskipun sudah 9 tahun lamanya kita masih kompak dan masih rutin mengadakan reuni setiap tahun ya Meskipun sampai sekarang juga belum pernah lengkap tapi setidaknya komunikasi dan kekompakan ini selalu terjaga dari tahun ke tahun. Seperti tahun ini grup WhatsApp yang kita buat khusus untuk menjalin silaturahmi diantara kita Minggu 3 Juli 2016, akhirnya menyepakati Bukber diadakan di rumah makan Mamake. Meski terkesan mendadak komunikasi pun mengalir di obrolan grup WhatsApp. Tak kurang dari 10 anak yang terkumpul pada saat itu Senin 4 Juli 2016.

Awalnya kami menyepakati titik kumpul berada di rumah hifni Aulia Majid jam 05.00 sore. Saat saya sampai di rumah hifni telah ada udik dan Wasiman, kami pun menunggu teman-teman yang lain untuk selanjutnya bersama-sama menuju lokasi bukber yang disepakati.

[4/7 13.02] ‪+62 856-4775-xxxx‬: 1. Udhik = 1.ayam bakar besar
2. Hifni = 1 ayam bakar besar (teh panas)
3. Desi = 2.Ayam.bakar besar
4. Frais = 2 bebek bakar besar (nasi 3)
5. Sagaf = 1 pecak bawal
6. Ikay = 1 ayam bakar
7.ade = 1 Ayam bakar besar
8. West Man = 1 Ayam bakar besar

+ takjil
[4/7 13.05] IG: samsul.web.id: Ikuuuut...
[4/7 13.15] ‪+62 812-1084-xxxx‬: Ayo sul
[4/7 13.15] ‪+62 812-1084-xxxx: Mau pesen apa
[4/7 13.15] ‪+62 812-1084-xxxx‬: Eh des ikay td tak bbm katanya ayam bakar?
[4/7 13.15] ‪+62 856-4775-xxxx‬: Ayoo sul mau pesan apaaa
[4/7 13.15] ‪+62 857-5405-xxxx‬: Ayoo sull
[4/7 13.15] ‪+62 812-1084-xxxx‬: Kamu td telf ikay apa
[4/7 13.15] ‪+62 822-2645-xxxx‬: Amin endi amiinnnn
[4/7 13.16] ‪+62 856-4775-xxxx‬: Yoa dikk
[4/7 13.16] ‪+62 812-1084-xxxc: Iya ndi de,tanggamu mbokan..😁
[4/7 13.16] ‪+62 856-4775-xxxx‬: Samsul piyeee
[4/7 13.16] ‪+62 856-4775-xxxx‬: Jal de dihubungi dst
[4/7 13.17] IG: samsul.web.id: Agi milih menune.... 😁😱😁
[4/7 13.17] ‪+62 812-1084-xxxx: Piye sul?arep pesen apa
[4/7 13.17] ‪+62 857-5405-xxxx‬: Ayoooo .....
[4/7 13.18] ‪+62 857-5405-xxxx‬: Di pilih"
[4/7 13.18] ‪+62 812-1084-xxxx‬: Mantapp
[4/7 13.21] IG: samsul.web.id: Puyuh goreng bacem + es teh sing ora manis
[4/7 13.23] ‪+62 812-3453-xxxx‬: πŸ€”
[4/7 13.52] ‪+62 856-4775-xxxx: Puyuh y kosong, piyeee
[4/7 13.57] Hifni Aulia Majid: Mas samsul puyuh bacemnya kosong.. Mau diganti menu apa?
[4/7 14.04] IG: samsul.web.id: wah, pengine sing ra nganggo daging.... hehehe... diganti bakmi nyemek bae... πŸ™πŸ™πŸΌπŸ˜±
[4/7 14.14] ‪+62 856-4775-2639‬: Otree bakmi.nyemek
[4/7 16.35] IG: samsul.web.id: Kumpul jam pira? Nang gone dezi?
[4/7 16.36] Hifni Aulia Majid: Kumpul jam 5an
[4/7 16.36] Hifni Aulia Majid: Ng nggone aku sul
[4/7 16.56] Hifni Aulia Majid: Endi deneng durung pd ngumpul
[4/7 16.56] Hifni Aulia Majid: Pak wasiman wis teka iki
[4/7 17.03] Hifni Aulia Majid: Baru tiga nih udhik baru dateng
[4/7 17.03] Hifni Aulia Majid: Koe ngeneh des kumpul
[4/7 17.05] Hifni Aulia Majid: Iki samsul nembe teka
[4/7 17.05] Hifni Aulia Majid: Ayo sing laine ditunggu
[4/7 17.07] Hifni Aulia Majid: Okee
[4/7 17.24] Hifni Aulia Majid: Wes kumpul de gari koe tok
[4/7 17.24] Hifni Aulia Majid: Cepet
[4/7 17.24] Hifni Aulia Majid: Ng umahku

Kami pun akhirnya bergegas menuju lokasi secara bersama-sama. Nah biasanya yang mengambil peran sebagai koordinator adalah udik yang ketua kelas. Namun nampaknya kali ini peran tersebut diambil alih oleh Desy.

Yang berbeda dengan peserta reuni kali ini, selesai dari rumah makan kita tidak langsung pulang ke rumah masing-masing melainkan berkumpul di alun-alun. Kita memutuskan untuk berkumpul bersama saling bercerita satu sama lain. Masing-masing dari kita diberi satu kesempatan untuk bercerita kemudian yang lainnya memberikan tanggapan serta solusi atas cerita yang disampaikan oleh masing-masing. Terasa betul rasa kekeluargaan diantara kami.

[4/7 17.34] ‪+62 856-4775-xxxx: Tau lokasinya kan
[4/7 17.35] ‪+62 856-4775-xxxx‬: Ok q tunggu di TKP y
[4/7 17.35] ‪+62 856-4775-xxxx‬: Tempat udh Oak
[4/7 18.51] ‪+62 877-2207-xxxx‬: Wahhh senengnya,loh istrimu ndi is jere melu
Iku sing cewe mbi desi sopo
[4/7 18.53] ‪+62 877-1717-xxxx‬: Wahh akuu ijin ora melu
[4/7 18.54] ‪+62 857-5405-xxxx‬: Iyya ...ra sido melu da ..
[4/7 18.54] ‪+62 857-5405-xxxx‬: Ada kluarga dteng dr jkrta
[4/7 18.55] ‪+62 877-2207-xxxx‬: Owh iyo iyo..
Iya dik q yo ijin ra melu,😟
[4/7 18.56] ‪+62 877-1717-xxxx‬: Sing penting pada sehat kabeh kan
[4/7 18.57] ‪+62 812-3453-xxxx‬: Alhamdulillah, temen2 berhasil terkumpul 10.
[4/7 20.43] ‪+62 857-5405-xxxx‬: Duh, anaku rewel ....q lgsg balik piwe ...
[4/7 22.04] ‪+62 812-3453-xxxx‬: Oke is
[4/7 22.04] ‪+62 812-3453-xxxx‬: Terima kasih go kabehane, malam ini cerita kalian luar biasa.
[4/7 22.04] ‪+62 812-3453-xxxc‬: Ati2 dijalan semuanya
[4/7 22.04] ‪+62 812-3453-xxxx‬: Samsul, Tika, Desi, Hifni, Wasiman, Ikrar, Ade, Udhik.
[4/7 22.05] IG: samsul.web.id: Maap aku ndisiti... ada yang menantiku... hehehe
[4/7 22.06] ‪+62 812-3453-xxxx‬: Samsul πŸ‘�✨

Untuk yang baca catatan ini maaf saya tak terlalu pandai bercerita. Hanya saja semoga catatan ini dapat menginspirasi anda siapapun anda.

-- terkirim dari ponsel #linux
@samsulmaarif_

http://www.samsul.web.id

Selasa, 26 April 2016

Susah Tidur Susah Bangun

Ini adalah gambar yang pernah aku posting di instagram beberapa minggu yang lalu. Aku punya banyak masalah soal ini. Aku punya banyak alasan soal ini. Aku punya banyak masalah yang diakibatkannya. Ditambah aku harus bangun pagi untuk berangkat sekolah.

-- terkirim dari ponsel #linux
@samsulmaarif_

http://www.samsul.web.id