Senin, 24 Agustus 2015

Maafkan Saya Anakku

Maafkan Saya Anakku

Kehidupan di SMAku dulu dan kehidupan di SMA anak anak jaman sekarang tentu saja berbeda. Saat SMA saya bahkan tidak mengenal cewek. Saya sibuk mengikuti berbagai kegiatan sekolah. Di angkatanku saja bisa dibilang cuma saya yang mengikuti semua kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah.

Lain dulu lain sekarang, dulu saya masih menjadi siswa sekarang mau tidak mau saya berada di depan kelas. Saya sendiri masih belajar, belajar berbicara di depan orang banyak sekaligus belajar menjadi orang tua bagi mereka. Dan karena saya masih belajar, Adakalanya apa yang saya sampaikan itu salah.

Seperti pada beberapa waktu lalu. Ada seorang anak yang kupaksa untuk curhat, karena dia nampak tidak bersemangat. Dia pun akhirnya menceritakan bahwa dia sedang ada masalah dengan pacarnya. Seketika itu pula saya langsung menasehatinya. Pada akhirnya saya merasa menyesal dan merasa bersalah telah menasehatinya, berikut ini permintaan maaf saya yang saya sampaikan melalui pesan pendek :

"Hay AYL, bagaimana kabarmu? Semoga baik-baik saja yah. Dari yang kamu ceritakan, saya dapat memahami betul bagaimana perasaanmu. Rasa malu yang dibalut perasaan cinta itu adalah perasaan yang sedang menghinggapi hatimu saat ini. Bukan bermaksud sok tau, tapi saya kagum sama kamu.

Yang saya tau juga, pribadimu bukanlah tipe cewek yang suka "mewek". Dan saya yakin kamu akan melaluinya dengan sebaik-baiknya. Mungkin yang sebelumnya saya sampaikan ke kamu telah nenyakiti perasaanmu. Saya memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas hal itu. Mau kan Apri memaafkan saya? Sejujurnya, saya tak bermaksud " mengguruimu". Saya hanya mencoba merasakan bilamana saya berada di posisimu. Kemudian saya menyadari, bahwa saya salah. Dan saya sadar, saya bukan psikolog.

Saya tak hendak melarang kamu, dan teman-temanmu yang lain menjalin hubungan dan pacaran. Selama kalian bisa menjaga diri dari hal-hal negatif, apalagi sampai memalukan "sekolah", yaitu terutama guru-guru kalian. Mungkin, dengan kalimat yang cukup KASAR dapat kutuliskan di sini, "Awas! Ojo sampe meteng yo....!"

Saya Curcol sedikit ya.... Saat ini, saya juga sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita. Dia seorang sarjana Psikologi. Saat ini, dia sedang mengabdi di Jatim. Doakan kami supaya kami lekas menikah, dan saya dapat belajar untuk menjadi orang tua yang baik."

Sepertinya memang untuk tahun pertama saya di sekolah ini saya belum belajar untuk menjadi seorang tua. Saya masih belajar untuk menjadi seorang pembicara di depan orang banyak. Dan tahap selanjutnya adalah saya masih harus belajar untuk menjadi pembimbing, Guru dan Orang Tua bagi anak-anakku.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Catatan khotbah kemarin, Islam Nusantara Sesat?

Catatan khotbah kemarin, Islam Nusantara Sesat?

Jumat kemarin 21 Agustus 2015, saya mengikuti sebuah khotbah seorang Imam di salah satu masjid di Sidareja. Ada yang menarik yang ingin saya catat di sini. Saya sendiri tidak mengikuti khotbah dari awal karena telat datang. Tapi kalau tidak salah hotib membacakan hutbah tentang beberapa hal yang dapat membuat orang tidak mau menerima kebenaran.

Diantaranya yaitu yang pertama "Bid'ah". Jika seseorang melakukan perbuatan bid'ah, dia tidak akan mau menerima kebenaran. Saya sendiri kurang memahami maksud dari penjelasan hotib tersebut. Namun saya sempat mendengar hotib menyebutkan tentang perkembangan teknologi. Lalu saya mencoba menghubungkan antara perkembangan teknologi tersebut dengan bid'ah yang disampaikan oleh hotib. Jadi apakah orang yang menggunakan teknologi berupa televisi, komputer, radio apakah itu termasuk bid'ah?

Yang kedua adalah terlalu banyak tertawa. Khotib kemudian membacakan  sebuah hadist yang menyatakan bahwa orang Islam tidak boleh terlalu banyak tertawa. Karena akan ada dampak negatifnya berupa dia akan melupakan istri anak dan keluarganya bahkan ibadahnya. Disebutkan juga bahwa kita tidak boleh menjadi seorang pelawak. Pada saat itu saya menunggu Apakah khotib nantinya akan menyebutkan bahwa menjadi seorang pelawak adalah Haram atau tidak. Tapi sampai akhir hotbah ditutup ternyata pernyataan tersebut tidak ada.

Khotib juga sempat menyebutkan tentang "JIN" jaringan Islam nusantara. Menurutnya taubatnya seperti "JIL" jaringan Islam liberal, tapi JIN ini jauh lebih berbahaya. Namun hingga akhir khutbah motif tidak menyebutkan bahaya nya bagaimana dari sisi apa. Khotib hanya menyebutkan bahwa JIN ini menyesatkan dan memecah belah umat Islam.

Saya sendiri hanya seorang Awam yang bahkan tidak tahu apa itu bid'ah Apa itu Islam Nusantara. Tapi saya merasa tertarik untuk menuliskan ini. Yang mungkin suatu saat akan bermanfaat buat saya atau siapa pun yang membacanya. Catatan ini ditulis tanpa mengetik dengan memanfaatkan voice to text Google. Yang mungkin juga akan dianggap sebagai bid'ah.

-- terkirim dari ponsel #linux @samsulmaarif_