Minggu, 30 September 2012

Hantui Mimpiku

Catatan Lama

Ini adalah catatan lama yang tersimpan dalam arsip/map yang masih tertata rapih di lemariku. Aku membukanya kembali, dan aku menemukan catatan yang belum sempat terpublikasi. Kali ini aku ingin mengangkatnya ke awan. Setidaknya ini akan bermanfaat buatku sendiri, sebagai kenangan yang tertulis, sebagai angan yang tercatat. Here you are :

wednesday, July 30, 2008, 19:19:36 WIB
  1. Ketika aku mengumpulkan kata melalui media yang bukan hak milikku rasanya sangat mudah dan ketika aku mencoba melakukannya di rental komputer, tak semudah itu.
  2. Terlintas sebuah pertanyaan 'apakah kau membaca catatan tentang rindu?' karena aku sedang membacanya pertanyaan itu muncul begitu saja.
  3. Coba tebak, kata apa yang sedang kucatat! kau tak lagi ada di sampingku seperti biasa yang ada di sini adalah kerinduan. Kerinduan yang kubaca dari pengalaman Ariev Syauqy dadlam bukunya'Karena Aku Rindu Kamu, Risalah “Derita” yang “Nikmat”', aku terpekur, aku hanya bisa mengatakan bahwa apa yang ada dalam buku itu seolah-olah telah mewakiliku, apa yang ingin aku katakan telah ada dalam buku itu. Tapi rasanya aku menjadi manusia yang kurang kreatif —atau bahkan tidak— karena aku hanya mengutik kata-kata orang.
  4. Aku termenung dalam kesadaran keterbatasan proses imajinatif manusia. Tapi kali ini maksudku aku sendiri adalah manusia yang penuh keterbatasan. Seringkali atau setiap kali aku merasa pusing oleh sesuatu yang dapat membuatku pusing, semua orang juga tahu dan merasakannya, sama.
  5. Kalau kau bertanya tentang judul catatan ini, kau cari saja di sebuah kamus yang belum pernah terbaca jenisnya oleh siapapun.
  6. Sialnya aku tak punya benda penyimpanan data pada saat ini sehingga aku hanya dapat menyimpan catatan ini dalam bentuk kertas saja, alias aku tak dapat mengunggahnya sebagai postingan blog-ku : samaalbisatria.blogspot.com
  7. Coba sadari dan renungkan apa yang telah kulakukan dan apa yang harus kulakukan oleh sebab-sebab di atas dan akibat-akibat yang akan datang. Perenungan cinta yang disadari secara bersama akan lebih bermakna. Muncullah suatu perubahan untuk kemajuan di masa mendatang. Jangan lagi terpaku pada peradaban yang menyesatkan.[Samunji]

Hantui Mimpiku

dering-dering suara mesin menyeruak di balik pintu
ruang depan warung ini
kudengarkan jeritan waktu
sesaat sebelum ia tiba di jendela
menanti datangnya hilang
yang menyembuhkan derita berupa rindu
emji datanglah dalam setiap
dengkuran sunyi malamku
mengisi mimpi
yang tiada henti menghantuiku
kau memang seperti hantu
hantu yang ingin dicumbu
oleh bumbu-bumbu asmara cinta kita
kau dan aku bersenyawa1)
menikmati hidup bersama
dalam kesendirian
dan keberpisahan
[Samunji,2008]

1) petikan lagu milik Acca Septriasa

Kamis, 27 September 2012

Impian Terindah

Bagiku kau sangatlah sempurna, lebih dari itu kau adalah impian terindahku. Kini impian itu tinggallah impian. Aku tak pernah membayangkan sebuah impian yang aku citakan akan menjadi tak terbayangkan. Tentu saja yang namanya impian akan menjadi cita-cita. Kini impian itu telah menyisakan perasaan yang mendalam. Aku tak bisa dengan mudahnya menggantikanmu dengan yang lain. Seolah dalam pikiranku masih terucap bahwa kau masih tetap impian terindahku. Bahkan meskipun orang tuaku tidak setuju dengan apa yang aku impikan. Aku tahu, aku juga berpikir apa yang orang tuaku tentukan bukanlah hal yang negatif, tapi itulah yang terbaik buatku. Bahkan ketika aku tahu kau lebih memilih orang yang baru kau kenal ketimbang orang yang telah memimpikanmu ini. Bahkan ketika aku tahu impianku ini hanya akan menjadi kata-kata yang menghiasi lembaran-lembaranku yang tak akan pernah terealisasi. Aku seperti orang sinting yang mencita-citakan kedamaian dalam hati.

Lucu, kau selalu menggunakan kata bukannya untuk menafikan sebuah kenyataan, untuk membenarkan sebuah pernyataan yang salah, atau untuk menyalahkan pernyataan yang benar. Tapi aku berpikir, mungkin itulah sifat istimewa yang kau miliki. Sekali lagi, kau telah menyangkal semua kata-katamu sendiri. Sungguh naifnya diriku. Aku tak pernah tahu bagaimana tanggapanmu tentang kalimat ini, karena aku tak pernah mengatakannya padamu.

[Beberapa kalimat dalam tulisan ini mungkin akan terulang dalam tulisan mendatang]