Sebenarnya apa yang kamu pikirkan! Aku tak dapat memahami mungkin karena aku tak pernah mendengarkan secara langsung dari mulutmu apa yang kamu pikirkan, rasakan, dan alami. Tapi dari sekian banyak pesan yang kamu kirimkan aku sudah mengerti apa yang ada dalam perasaan kamu. Aku tak habis pikir dengan semua ini. Aku membirakannya berlalu begitu saja.
Entah siapa yang bodoh. Aku atau kamu. Aku pernah mendengar dari temanku, kau menulis namaku di dinding/pintu kamarmu. Aku juga tak pernah tahu kebenarannya karena aku tak pernah menanyakan langsung padamu atau mendatangi rumahmu untuk melihatnya secara langsung.
Kamu juga pernah mengirimkan surat kepadaku beberapa tahun lalu. Ketika aku masih SMA, ketika aku di pondok. Kau mengirimkan surat itu melalui teman kita, tetangga kita yang kebetulan dia sekolah di sekolahan yang sama denganku. Kau menuliskan suratmu dengan panjang lebar. Dan aku tak pernah membalasnya sepatah kata pun. Pikirku tak perlu aku membalasnya.
Begitu dalamkan rasa cintamu, hingga kau tak pernah bisa melupakanku. Sudah dua teman kita yang kau jadikan sasaran 'teror'. Bukan dengan makna 'teror' yang sebenarnya. Karena kamu hanya meminta kontakku dari mereka, berupa nomor ponsel. Ani meminta izin padaku apakah dia akan memberikan nomor itu kepadamu atau tidak. Aku memberinya izin, tapi setelah itu apa yang terjadi?
Ya, kau tak pernah berhenti untuk mengirimkan pesan yang tak pernah kuduga sebelumnya. Kau ungkapkan semuanya. Kau bilang dulu memutuskanku karena terpaksa. Kau bilang masih sangat menyayangiku. Kau bilang kau membutuhkanku. Kau juga bilang kalau kamu dianggap 'gila' oleh orang di sekelilingmu, itu juga karena terus memikirkanku. Di satu sisi hal ini membutaku menjadi besar hati. Namun di sisi lain aku bahkan tak pernah memedulikanmu. Bukan apa-apa, ibuku melarangku membalas pesan-pesanmu. Dan bahkan adikmu juga melarangku demikian. Dan sejak saat itu aku tak pernah membalas sekalipun pesan dari kamu.
Pesan a.k.a sms dari kamu seringkali kalimatnya tak masuk akal. Bahkan seringkali tak dapat dibaca. Kau gunakan karakter-karakter yang tak umum dalam pesanmu. Aku sendiri malas membacanya. Beberapa kali kau menggunakan nomor baru untuk mengirim pesan. Aku tak mengecek kebenaran hal ini, tapi aku yakin itu kamu.
Aku masih tak dapat memahami apa yang terjadi selama ini. Aku hanya bisa menunggu saat yang tepat. Ya, aku mungkin salah dengan demikian. Mungkin aku perlu melakukan sesuatu untukmu. Namun aku tak pernah bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika ternyata kau seperti apa yang kau ceritakan. Apa kata tertangga? Apa kata 'dunia'?
I have no more Idea, Just publish it.
lakukan sesuatu untuknya , jangan atas dasar kasihan, tapi atas dasar , seorang teman ingin menolong temannya..
BalasHapus