Aku terkejut dan akhirnya aku juga bingung. Pagi tadi aku datang ke rumahnya... tapi sampai aku ke sana rumahnya telah tiada. Beruntung, secara tidak sengaja bapaknya melihatku ketika aku melintasi jalan di depan rumanya. Lalu aku dipanggilnya, dan ditunjukkan lokasi rumahnya yang baru.....
Gambar di samping adalah bekas rumahnya, nampak rata dengan tanah. Sebenarnya fokusku memotret adalah tanah bekas rumahnya, bukan rumah yang nampak pada gambar. Kalau kamu melihat tanah yang lapang tanpa rumput, itulah yang kumaksud. Mereka pindah sekitar dua bulan yang lalu.
Sampai di rumahnya, ternyata rumahnya sedang ramai. Menjadi tempat posyandu bagi ibu-ibu sekitar rumahnya. Banyak Ibu-ibu dan anak kecilnya yang sedang berada di sana.
Satu hal yang membuatku terkesan ketika aku sampai di sana adalah kedua orang tuanya menyambutku, dan menerimaku dengan baik. Bahkan ketika aku dipanggil namaku oleh seorang bapak yang ternyata adalah bapaknya. Beliau nampaknya sudah memahamiku, sudah hapal mungkin. Meskipun sebelumnya aku lebih sering datang ke rumahnya pada malam hari.
Ya, aku terkejut mendapati rumahnya telah tiada, dan lebih terkejut lagi ketika aku tahu dia tak ada di rumah. Bukan karena aku tak bertemu dengannya, tetapi lebih karena dia tak ada di rumah, pergi ke entah ke mana tanpa meminta izin secara langsung pada kedua orang tuanya. Dia hanya bilang pada ibunya kalau dia ingin pergi ke Jakarta bersama temannya, bekerja di pabrik sepatu. Pada saat keberangkatan dia tak pamit. Ibunya sedang berada di belakang, mencuci pakaian kalau tak salah. Tahu-tahu dia sudah tak ada di rumah.
Dia memang dilarang oleh orang tuanya untuk pergi. Orang tuanya berharap setelah lulus dia pergi ke pesantren sambil menunggu ijazahnya selesai diproses. Atau, kalaupun di bekerja tak perlu jauh-jauhlah di Sidareja.. sajalah... Namun, dari yang dia sampaikan nampaknya dia memang sangat ingin bekerja. Orang tuanya sendiri bilang padaku bahwa Beliau masih belum ingin dicarikan uang. Hanya ingin dan berharap anaknya baik dan nurut pada orang tua.
Ada beberapa kemungkinan di kabur dari rumah :
- Dia benar-benar ingin bekerja, sehingga ketika temannya memberitahunya ada pekerjaan di pabrik sepatu di Jakarta dia langsung ikut saja. Kupikir dia belum punya cukup pengalaman untuk ini.
- Dia bosan tinggal di rumah. Tapi yang satu ini agaknya lemah, dalam arti kecil kemungkinannya.
- Dia terkena hipnotis dan yang sejenisnya. Mana yang benar? tentu saja ketiganya hanyalah dugaanku. Aku belum bisa mengonfirmasi apapun hingga saat ini.
Ya, dia kabur dari rumah dan keluarganya dibuatnya khawatir. Akupun khawatir. Dan akhirnya aku bingung. Apa yang harus kulakukan? Mengapa ini bisa terjadi?
Satu hal yang kembali teringat dalam pikiranku adalah bahwa ibunya berkata saat dia pergi tak meminta uang saku. Lalu yang kemudian kami pikirkan adalah bagaimana dia bisa hidup di perantauan tanpa uang saku. Memangnya temannya akan menjamin semua kebutuhan hidupnya? Dia tak membawa hape. Saat berangkat dia memang membawa hape, namun ketika di stasiun Sidareja dia bertemu dengan seorang teman yang mengaku bernama Puji. Dia menitipkan hapenya pada Puji. Puji kemudian mengembalikan hape yang dititipkan dia pada orang tuanya. Nah dari Pujilah orang tuanya baru mengerti ke mana dia pergi, meskipun informasi yang diberikan Puji juga terbatas.
Dia, sekali lagi dia, mengapa aku tak langsung saja menuliskan namanya? Aku hanya bingung. Sempat aku menuliskan namanya pada postingan ini, tapi pada akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan kata ganti saja. Sayang, aku masih menyayangimu. Aku masih mencintaimu, tapi mengapa kau pergi tinggalkan kami...?
Judul merupakan sebuah pertanyaan : Mengapa Dia Pergi?
Di tengah postingan mungkin sebagian sudah terjawab. Namun mengapa ini harus terjadi? Apa salahku? Apakah ini hanyalah kenekadan anak-anak? yang ingin terlepas dari 'belenggu'?
Huh, aku pusing. Bantu aku menemukan dia teman-teman...... tolong bantu aku....!!! Please help me....!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo....dipun komentari.....