Senin, 09 Maret 2009

Omong-Kosong

Beberapa kutipan catatan dari buku harianku edisi tahun 2007
Selasa, 18 Februari 2007, 22:00-an WIB

‘omong kosong’
Makin hari mimpiku makin melambung tinggi. Mimpi yang hanya omong kosong itu makin berkembang dan bervariasi. Meski demikian mimpi hanyalah mimpi, harapan tinggal harapan. Sejarahku tercatat demikian. “Belum ada” mimpi yang benar-benar terrealisasi. Mimpi. Waktu masih MTs aku ingin menjadi anggota drumband. Tapi ternyata itu juga ‘omong kosong.’ Para senior menunjuk teman-temanku sedang aku tak ditunjuk. Pak pembina drumband saat itu pun mengatakan ‘omong kosong’-nya bahwa kami (yang tak terplih) selamat dari neraka dunia. Karena seperti dimaklumi bahwa anggota drumband seperti tak punya masa liburan. Di saat yang lainnya libur anggota drumband ada kegiatan; latihan-latihanlah, pentas-pentaslah dan yang demikian itu seperti tak mengenal waktu. Waktu iotu aku kelas satu, karena seingatku aku bareng temanku yang ‘lolos’ kelas dua (kakak kelasku).

Di musholla Roudhotul Huda di desaku, saat ada pelatihan hadroh juga aku sangat berharap kelasku, aku bisa benar-benar menjadi anggota hadroh. Tapi yang diunggulkan justru kelas adikku. Satu tingkat di bawahku. Sedangkan kelasku dibubarkan. Para kakak pengajar (pelatih) pun mengatakan ‘omong kosong’-nya :”Kelas kiye bisa tekan ngemben, bisa awet banget.”(indo: “Kelas ini bisa sampai lusa, bisa sangat awet”). Tapi nyatanya rombongan hadrohnya malah mati. Tak pernah ada latihan lagi. Aku yang sebelum ada latihan hadroh sering pergi ke langgar (ind: mushola) lebih awal membersihkan, membuang najis di musholla jadi malas dan. Boleh dibilang itu merupakan aksi berontakku. Luapan kemarahanku yang juga hanya ‘omong kosong.’ Mengenai ketidakpernahanku lagi membersihkan musholla pernah disindir oleh Pak Kyai Tajudin saat mengaji kitab Akhlaqullilbanin juz 1 tapi aku cuek saja.[sam/sam]

Rabu, 19 September 2007, 21:00-an WIB
Dunia ini memang penuh ‘omong kosong’. Tak terkecuali mulutku yang ‘mungkin’ sudah ditakdirkan untuk selalu bicara omong kosong. Televisiku juga bagian dari omong kosong mulutku. Ketika dia tak menyala (rusak) kukatakan tak menyala (kuceritakan pada orang lain bahwa televisiku tak menyala-rusak) dia malah menyala. Sebaliknya, ketika dia menyala kukatakan pada slamet bahwa televisiku sekarang sudh kembali menyala. Eh, ternyata ketika aku pulang dia malah tak menyala. Dasar televisi ajaib penuh omong kosong. Omong osong, selalu omong kosong. Karena yang kuharapkan tak pernah terjadi, yang terjadi hanyalah omong kosong. [sam/sam]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo....dipun komentari.....