Semalam, tiba-tiba saja jemariku tergerak untuk menuliskan judul diatas di laman facebook-ku. Entahlah, perasaan itu juga tiba-tiba saja muncul. Masih sulit dijelaskan apa penyebabnya. Hanya saja, itu yang kurasakan.
Tiga tahun, cukup lama memang untuk dibilang ini adalah sebuah pekerjaan. Namun telah selama itu, aku belum merasakan apa yang disebut sepenuhnya nyaman. Terkadang pekerjaan ini justru membuatku merasa salah. Aku merasa salah posisi. Tapi aku tak tau apa lagi yang bisa kuperbuat.
Aku mungkin seharusnya tinggal bersama orang-tuaku. Namun itu tidak membuatku merasa nyaman. Hingga kuputuskan untuk tinggal di tempat orang yang itu justru membuatku lebih jauh dari tempat kerjaku. Tapi aku menikmati kesendirianku di sini.
Aku tak tau, bisa sebanyak apa aku menuliskan kebosananku ini. Namun, hingga aku benar-benar merasa bosan, biasanya aku akan mundur dari kebosanan. Bukan apa-apa. Bukan pula karena sertifikat yang baru kudapatkan. Mungkin karena aku belum terlalu dapat menerima kekalahanku.
Aku kalahh. Tapi apa aku harus menyerah? Aku masih punya kesempatan untuk menang. Aku masih punya kesempatan untuk mengulang. Perjuanganku, apakah akan sampai di sini? Perjuanganku, mungkin tak seberapa. Tapi aku berjuang, untuk siapa? Untuk diriku sendiri, kah? untuk orang lain, kah? atau kah, untuk sekolah?
Apa yang bisa kuperbuat? Aku, mungkin bukan orang pandai. Aku, mungkin bukan orang yang sabar. Aku, mungkin juga bukan orang yang dapat secara langsung menerima kekalahan. Aku, mungkin juga hanya butuh waktu. Waktu untuk menenangkan diri.
Lalu, ada apa dengan sekolah? Apa yang membuatku bosan? Apakah lingkungan sekolahnya? Apakah anak-anaknya? Ataukah teman-teman guru yang acuh kepadaku? kepada perjuanganku? Mungkin tidak. Mungkin aku yang terlalu berharap, berharap mereka menerimaku. Berharap mereka menerima kebodohanku. Berharap mereka menerima kemalasanku.
Akh, ini cuma catatan kebosanan. Yang ditulis oleh orang yang malas, di pagi hari. Di mana orang-orang lain sedang rajin ke sekolah. Akh, mungkin pagi ini aku tetap berangkat sekolah. Meski entahlah, apakah aku akan diterima mereka atau tidak. Meski entah, meski entah, apakah aku akan bertambah bosan, ataukah kebosananku akan sirna.
Akh, entahlah. Lalui saja yang satu ini. Akh, entahlah. Beberapa temanku telah mundur, mundur bukan karena kalah. Mundur karena memilih jalan yang lebih baik. Mundur, untuk memerbaiki kehidupan. Mundur, karena jalan yang kita ambil saat ini tak selalu berarti jalan yang terbaik.
Lalu, sebenarnya apa yang kubutuhkan saat ini? Motivasi, mungkin itu jawabannya. Lalu apa yang dapat memotivasiku? atau siapa? Hemmm... Jika saja mungkin, siapa pun.