Dua hari ini (1-2/8/2014) aku menghadiri pernikahan kakak (anak dari Wa Saodah). Kang Opan, demikian aku menyebutnya. Hari (malam tepatnya) pertama di rumahnya, kemudian hari kedua resepsi dilaksanakan di kediaman mempelai wanita di Dusun Dujuhtengah, Desa Jatisari, Kedungreja. Seperti yang sudah kuperkirakan sebelumnya, berkumpul dengan keluarga, apalagi di tengah acara pernikahan akan ada pertanyaan yang mengarah atau serupa dengan judul tulisan ini. Wis duwe pacar urung? Calone cah endi? Deneng pacare ra digawa? Dan lain sebagainya.
So, what do you think? Sesekali aku menjawab. Di kesempatan lain aku memilih untuk diam. Tidak bahkan menggunakan isyarat. Menurutku, tanpa kujawab pun ketika tiba masanya aku akan berkeluarga, mereka pasti akan kukabari. Tentu jika situasinya memungkinkan.
Aku mungkin salah. Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin hanya merupakan bumbu-bumbu percakapan agar menarik dan menyenangkan. Dan percakapan pun berlangsung, mengalir dengan sendirinya. Pun sebenarnya, tidak harus serius menanggapi berbagai pertanyaan itu.
Aku jadi teringat ada seorang teman yang mengirimkan gambar bungkus rokok yang ada foto pengantinnya. Pemerintah Indonesia baru-baru ini membuat peraturan agar bungkus rokok wajib dipasang gambar yang seram (menakutkan). Konteks menakutkan di sini tentu saja bagi perokok, yaitu gambar-gambar yang menampilkan efek buruk rokok. Baik berupa penyakit paru-paru, rongga dada/hidung, sesak nafas, dll. Lalu apakah gambar pengantin di bungkus rokok itu cukup menakutkan? Hahahaha..... itu mungkin bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan seperti judul tulisan ini. Sekian!