Siapa yang sudah pernah merasa sakit hati? Well, sebagian dari kita mungkin sudah pernah atau bahkan sering merasakan sakit hati. Penyebabnya pun beragam. Kebanyakan mungkin akan disebabkan oleh pacar, atau pasangan (atau apa pun istilahnya). Okelah, mungkin kini giliranku untuk bercerita.
Tetapi sebenarnya, aku hanya termakan oleh omonganku sendiri. Aku tak pernah punya pacar secara riil. Aku hanya terobsesi. Aku hanya terbawa mimpi dan terlalu jauh berangan. Aku juga tidak akan bercerita dengan siapa. Aku sebenarnya hanya ingin menuliskan bagaimana perasaanku saat ini (dengan kata lain : apa yang sedang ada dalam pikiranku).
Akhir-akhir sebelum hari ini aku sering mengatakan "Don't expect too much" yang atas pemahamanku itu berarti "jangan berharap terlalu banyak". Ya jangan berharap terlalu banyak atas apa yang kamu impikan. Jangan berharap terlalu banyak atas apa yang kamu inginkan. Samar-samar dalam pikiranku, kalimat itu aku gunakan untuk seorang tetangga yang sedang bekerja di tetanggaku. Menurut pemilik toko, dia (cewek itu) ada sedikit rasa naksir (bukan hendak takabur) denganku. Terkadang dia memuji apa yang aku sering lakukan; bersepeda. "Kayaknya asyik kalo diboncengin pake sepeda sama pacar," kurang lebih seperti itulah kalimatnya. Tapi justru aku mengatakan hal yang tidak diharapkannya, "Don't expect too much."
Kalau ada pertanyaan, kalimat apa yang menyakitkan yang pernah kamu dengar dari depan mukamu? Apa jawabanmu? Kali ini aku yang akan menjawab pertanyaanku sendiri. Sebelumnya posisiku sebagai seorang yang sedang kasmaran. Aku datang dengan penuh harap, aku datang dengan perasaan yang berbunga-bunga, aku datang dengan berbagai kalimat dalam kepalaku. Tapi seperti yang dapat saya duga, sampai di tempat tujuan, tak ada satu kata pun yang keluar seperti yang kupikirkan sebelumnya.
"Aku tak pernah punya pacar anak sekolahan, setidaknya pacarku sudah bekerja, karena anak sekolah tidak ada duitnya." adalah salah satu kalimat yang terdengar panas di telingaku. Kalimat lain yang juga tak kalah adalah "Aku pengen punya suami yang usianya lebih dewasa dariku, atau setidaknya sebaya denganku, kalau lebih mudah sama aja emban (momong)." (entah bagaimana seharusnya terjemahannya, karena kalimat ini aslinya berbahasa jawa). Itulah di antara kalimat-kalimat yang mematahkan semangatku. Aku tahu kalau Anda membaca tulisan ini pasti akan punya pandangan sendiri, punya pendapat yang hendak disampaikan, tapi mohon ditahan dulu. Kalimat pertama aku dapat menyimpulkan kalau kau itu orangnya matre (atau apapun istilahnya). Sedangkan kalimat kedua, aku merasa dikucilkan, karena entah sadar atau tidak waktu mengucapkan itu di depanku usiaku lebih muda darimu (weh, ini sudut pandang tulisannya kok berubah-ubah, bingung apa enggak nih yang baca?).
Saking kacaunya pikiranku, sampai-sampai aku salah nulis ocehan di twitter. Yang seharusnya ditulis dengan "much" malah kutulis "mush". Rasanya aku telah melalukan sesuatu yang salah di tempat yang salah pada waktu yang salah. Aku menghabiskan waktuku untuk sesuatu yang sama sekali tidak ada gunanya. Aku pikir aku telah salah menerjemahkan kata-katamu yang selalu kau tulis dengan singaktan itu. Aku baru menyadari bahawa sebenarnya aku sama sekali tak mengerti jalan pikiranmu.
Akh.. terlalu banyak berpikir membuat tak dapat menulis lagi.
[writing stopped]