Rasanya sangat tak nyaman, kalau harus pinjam ke orang lain.
Rasanya juga sangat membosankan karena hanya dengan mesin orang lain aku dapat bermain komputer.
Pikiran ini sungguh menggangguku.
Keinginan ini sungguh menyiksaku,
jikalau hanya dapat membayangkannya.
Bahkan Pak Dwi telah menjual netbooknya dan tak pernah lagi menyentuh komputer.
Aku tak mungkin menjadi "hacker" kalau tak memiliki sesuatu yang dapat di-"hack".
(Sungguh picik pikiran ini)
Naik sepeda menghabiskan energi, sedangkan aku tak memiliki uang untuk mengembalikan energiku selama perjalanan,
lalu bagaimana aku aku dapat membeli laptop kalau uang saja aku tak punya?
Gajian kemarin sebenarnya uangku cukup untuk membeli netbook, tapi aku berpikir (dan karena oleh bosku diminta untuk) membayar biaya kuliah saja uang itu, kini telah tidak di tanganku lagi.
Satu sisi aku merasa bangga karena aku dapat membiayai kuliahku sendiri,
di sisi lain aku sebelumnya merasa linglung, dan setelahnya aku masih linglung alias bingung.
Setiap orang pasti punya keinginan.
Setiap orang pasti punya harapan.
Setiap orang biasanya punya cita-cita.
Kuliah perdana semester ini sangat membosankan. Tidak ada materi kuliah, namun hanya ada cerita dari dosen.
Tak ada proyektor, dosen malas mengajar.
Tapi dosen Susi mengatakan, "Kalau kau punya keinginan, tulislah di buku kalian masing-masing, maka keinginan kalian kelak akan terkabul." hmmmm.....
Karena inikah saya menulis ini?
-- saya harap bukan.